Kenaikan cukai berdampak pada emiten rokok



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, tahun depan, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai bakal kembali mengerek cukai rokok. Emiten rokok tentu harus bersiap-siap mengatur strategi agar kinerja keuangan tidak tergerus beleid tersebut.

Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia Bertoni Rio menilai dampak rencana kenaikan cukai tersebut pada kinerja emiten rokok tidak akan terlalu besar. "Isu kenaikan cukai rokok memang menjadi sentimen negatif ke emiten rokok, tapi kenaikan akan dibebani oleh konsumen," terang dia, Kamis (12/10).

Karena itu, kenaikan cukai tidak membuat biaya beban yang ditanggung emiten naik. Cuma, bila harga rokok semakin mahal, penjualan emiten bisa terpengaruh.


Analis OSO Sekuritas Riska Afriani juga mengamini kenaikan cukai rokok dapat menggerus margin laba bersih. Hal tersebut antara lain terjadi pada PT HM Sampoerna Tbk (HMSP). Meski laba bersihnya stabil, tapi ada pengurangan earning per share (EPS), dari sebelumnya Rp 110 per saham kini hanya Rp 104 per saham.

Dengan demikian, Rio menilai, tantangan bagi emiten rokok adalah bagaimana menyusun strategi pemasaran. Apalagi, kini ruang bagi iklan rokok semakin terbatas. "Emiten pun harus bisa efisiensi untuk mengurangi beban cost operasional yang setiap tahun naik seiring adanya inflasi," imbuh Rio.

Meski begitu, emiten rokok boleh lega. Analis Bahana Sekuritas Michael Setjoadi, dalam risetnya, menuturkan, di RAPBN 2018, terlihat rencana kenaikan cukai tidak setinggi tahun 2017. Tahun ini, rata-rata kenaikan cukai rokok 10%-11%, sedang tahun depan kenaikannya hanya 7%-9%. Hal ini bisa menguntungkan bagi emiten rokok.

Dari empat pemain besar di industri tembakau Indonesia, Michael merekomendasikan buy GGRM. Harga saham ini berpotensi naik didorong pulihnya daya beli masyarakat tahun depan, khususnya masyarakat menengah ke bawah. Perhelatan pilkada dan kampanye pemilihan presiden, menjadi salah satu yang menolong pulihnya daya beli.

Riska juga merekomendasikan beli GGRM dengan target harga Rp 71.250 per saham. Alasan Riska, GGRM punya kinerja lebih unggul.

Sementara Rio menjagokan GGRM dan HMSP. Ia memberi rekomendasi buy, dengan target harga masing-masing Rp 65.000 dan Rp 3.730.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini