KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setiap tahun pemerintah selalu melakukan pengetatan kebijakan bagi industri rokok. Tapi hal tersebut belum akan menghadang kinerja PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (
HMSP). Pangsa pasar yang besar dan produk yang bervariasi menjadi modal utama emiten tersebut untuk terus menggenjot kinerja di tahun ini. Sedikit berkilas balik, melalui Peraturan Menteri Keuangan No.146/PMK.010/2017, tarif cukai rokok naik sebesar 10,04% sejak 1 Januari lalu. Tidak hanya itu, minimum harga jual eceran rokok yang dikenakan kepada konsumen hanya bisa diberi diskon maksimal 15% dari harga jual yang telah ditetapkan pemerintah. Lewat peraturan yang sama, pemerintah juga mengatur harga jual rokok. Poinnya, harga jual rokok produk terbaru harus sama atau di atas produk lama yang telah beredar oleh pabrikan yang sama.
Analis NH Korindo Joni Wintarja mengatakan, walau kenaikan cukai mencapai 10,04%, HMSP sudah terbiasa dengan kenaikan cukai. Oleh karena itu, kinerja emiten ini tak akan terbebani. Menurut dia, kinerja HMSP masih ditopang oleh volume penjualan yang tergolong besar. Berkaca pada kinerja kuartal III-2017, volume penjualan HMSP meningkat 12% secara
year on year (yoy) menjadi Rp 25,7 triliun. Berkat hasil itu, laba bersih HMSP periode Januari-September 2017, menanjak 2,87% yoy jadi Rp 9,34 triliun. Di saat yang sama, pendapatan emiten tersebut ikut terkerek 2,87% menjadi Rp 72,29 triliun. Divisi sigaret kretek mesin menjadi kontributor utama terhadap penjualan yang dilakukan HMSP. Pada kuartal tiga tahun lalu, porsi SKM terhadap total penjualan HMSP mencapai 68%. Joni pun yakin, porsi divisi tersebut bisa meningkat di atas 70% pada tahun ini. Penyebabnya, pola konsumsi rokok di dalam masyarakat mengalami pergeseran. "Produk jenis sigaret kretek tangan mulai ditinggalkan," kata dia, Rabu (17/1). Selain itu, Joni juga menilai positif langkah HMSP melakukan program kemitraan dengan para petani tembakau. Program ini berlangsung sejak November lalu. Selain menjadi kegiatan sosial untuk ikut menyejahterakan para petani tembakau, program ini berdampak positif bagi kinerja HMSP. Program ini dapat mengurangi beban biaya produksi. Diversifikasi produk Analis Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada menambahkan, diversifikasi rokok HMSP membuat emiten ini jadi produsen rokok terbesar di Indonesia. Pangsa pasarnya mencapai 33%. Hal ini turut membantu peningkatan kinerja perusahaan sekaligus meminimalisir efek buruk kebijakan dari pemerintah. "Mereka pun bikin produk rokok Mild bernikotin rendah, dengan harapan masih ada minat masyarakat terhadap rokok," imbuh Reza, Rabu (17/1). Produk Dji Sam Soe diperkirakan masih jadi andalan HMSP dalam mendulang keuntungan. Pangsa Dji Sam Soe mencapai 8,1% pada kuartal III 2017. Padahal pada periode yang sama di tahun lalu, pangsa produk tersebut baru mencapai 6,6%.
Adapun kenaikan upah minimum provinsi (UMP) sekitar 8,71% bisa menjadi katalis positif bagi kinerja HMSP. Kenaikan tersebut berpotensi turut meningkatkan level daya beli masyarakat Indonesia, termasuk di kalangan perokok. Sementara itu, kehadiran rokok elektrik di tengah-tengah masyarakat dalam beberapa waktu terakhir dinilai Joni belum akan mengganggu eksistensi HMSP. Reza memberi rekomendasi
buy saham HMSP dengan target harga Rp 5.600 per saham. Sementara, Joni memberi rekomendasi
hold saham HMSP dengan target harga Rp 5.000 per saham. Adapun analis Mandiri Sekuritas Adrian Joezer merekomendasikan
buy HMSP dengan target harga Rp 5.100 per lembar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia