JAKARTA. Kebijakan Bank Indonesia (BI) menaikkan bunga deposit facility (FasBI) menjadi 4% bertujuan untuk menyelesaikan masalah makro. Salah satunya, mengendalikan pertumbuhan kredit agar ekonomi tidak cepat panas (overheating). Bagi bank, kebijakan ini tidak terlalu menguntungkan karena bank masih menanggung negative spread yang cukup lebar. Walhasil, bank tetap memilih menggenjot penyaluran kredit. Direktur Tresuri Bank Tabungan Negara (BTN), Saut Pardede, mengatakan kenaikan bunga FasBI bisa mengurangi kerugian dari pemberian bunga deposito, tetapi masih tetap negatif spread. "Bunga deposito 5,5% sementara deposit facility 4% ada selisih 1,5% yang ditanggung bank. Jadi kenaikan ini tidak terlalu menguntungkan," ujarnya. Maka itu, menurut Kepala Tresuri Bank Central Asia (BCA), Branco Windoe kebijakan ini hanya sinyal ke pasar, otoritas siap bergerak lebih lanjut jika diperlukan. "Otoritas lebih fokus ke pertumbuhan ekonomi, kurs dan neraca perdagangan," ujarnya, Selasa (4/8).
Kenaikan FasBI tidak berdampak signifikan
JAKARTA. Kebijakan Bank Indonesia (BI) menaikkan bunga deposit facility (FasBI) menjadi 4% bertujuan untuk menyelesaikan masalah makro. Salah satunya, mengendalikan pertumbuhan kredit agar ekonomi tidak cepat panas (overheating). Bagi bank, kebijakan ini tidak terlalu menguntungkan karena bank masih menanggung negative spread yang cukup lebar. Walhasil, bank tetap memilih menggenjot penyaluran kredit. Direktur Tresuri Bank Tabungan Negara (BTN), Saut Pardede, mengatakan kenaikan bunga FasBI bisa mengurangi kerugian dari pemberian bunga deposito, tetapi masih tetap negatif spread. "Bunga deposito 5,5% sementara deposit facility 4% ada selisih 1,5% yang ditanggung bank. Jadi kenaikan ini tidak terlalu menguntungkan," ujarnya. Maka itu, menurut Kepala Tresuri Bank Central Asia (BCA), Branco Windoe kebijakan ini hanya sinyal ke pasar, otoritas siap bergerak lebih lanjut jika diperlukan. "Otoritas lebih fokus ke pertumbuhan ekonomi, kurs dan neraca perdagangan," ujarnya, Selasa (4/8).