JAKARTA. Harga berbagai komoditas kompak menguat sejak awal tahun ini. Bukan hanya minyak mentah, minyak sawit mentah (CPO) dan batubara, gandum juga merangkak naik. Selain membawa berkah, kenaikan harga komoditas juga berpotensi membebani kinerja perusahaan, slaah satunya PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). "Gandum dan minyak goreng menyumbang 40% beban pokok penjualan atau cost of goods sold (COGS) ICBP," kata Yohan Setio, Analis Mandiri Sekuritas, kemarin.Menurutnya, tahun ini COGS ICBP akan meningkat sehingga menggerus keuntungan anak usaha Grup Indofood itu. Di sisi lain, perusahaan sulit mengerek harga produknya mengingat ketatnya persaingan usaha. Yohan memperkirakan harga gandum cenderung bertahan di level tinggi hingga akhir tahun ini. Pasalnya, produksi gandum Australia tergerus banjir, dan di Rusia masih bermasalah dengan kekeringan. Harga CPO juga masih tinggi lantaran Indonesia, produsen CPO terbesar dunia, masih dilanda hujan hingga enam bulan mendatang.Analis Sinarmas Sekuritas, Jansen Kustianto, punya pendapat lain. Menurut dia, ICBP tahun ini akan melakukan penyesuaian harga jual produknya untuk menjaga porsi keuntungan. Langkah serupa, menurut Jansen juga ditempuh para pesaing ICBP. Analis NISP Sekuritas, Lyana Margareth dalam risetnya menyebutkan, sebesar 70% penjualan ICBP berasal dari penjualan mi instan. Mi instan sangat bergantung pada harga bahan baku utamanya, gandum dan minyak goreng. Pada 2008 silam, kenaikan harga gandum memaksa ICBP mengerek harga jual produk. "Kenaikannya berkisar 40%-70%," tutur Lyana.Laba bisa naikKenaikan harga itu menyebabkan konsumen mengurangi konsumsi mi instan. Apalagi pada saat itu inflasi year on year mencapai 11,8%. Dus, penjualan mi instan ICBP melorot 10,1%. Meski demikian, Lyana memperkirakan penjualan ICBP tahun ini akan meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Berbagai kalangan memproyeksikan perekonomian nasional akan tumbuh 6%-6,5%. "Market size ICBP akan meningkat sejajar dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia," imbuh Lyana.Dia menghitung, laba bersih ICBP tahun ini akan tumbuh 6%-8% dari tahun lalu yang diprediksi Rp 1,72 triliun. Sedangkan, Jansen menaksir laba bersih ICBP mencapai Rp 1,8 triliun, naik 64% dari estimasi laba bersih 2010 senilai Rp 1,1 triliun. Tapi Yohan melihat laba bersih ICBP akan cenderung flat, bahkan berpotensi menurun. Dia merekomendasikan tahan ICBP.Jansen menyarankan beli dengan target jangka panjang Rp 5.500 per saham. Lyana juga merekomendasikan beli di target Rp 5.700 per saham. Harga ICBP pada penutupan kemarin naik 2,22% menjadi Rp 4.600 per saham.
Kenaikan harga bahan baku bebani ICBP
JAKARTA. Harga berbagai komoditas kompak menguat sejak awal tahun ini. Bukan hanya minyak mentah, minyak sawit mentah (CPO) dan batubara, gandum juga merangkak naik. Selain membawa berkah, kenaikan harga komoditas juga berpotensi membebani kinerja perusahaan, slaah satunya PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). "Gandum dan minyak goreng menyumbang 40% beban pokok penjualan atau cost of goods sold (COGS) ICBP," kata Yohan Setio, Analis Mandiri Sekuritas, kemarin.Menurutnya, tahun ini COGS ICBP akan meningkat sehingga menggerus keuntungan anak usaha Grup Indofood itu. Di sisi lain, perusahaan sulit mengerek harga produknya mengingat ketatnya persaingan usaha. Yohan memperkirakan harga gandum cenderung bertahan di level tinggi hingga akhir tahun ini. Pasalnya, produksi gandum Australia tergerus banjir, dan di Rusia masih bermasalah dengan kekeringan. Harga CPO juga masih tinggi lantaran Indonesia, produsen CPO terbesar dunia, masih dilanda hujan hingga enam bulan mendatang.Analis Sinarmas Sekuritas, Jansen Kustianto, punya pendapat lain. Menurut dia, ICBP tahun ini akan melakukan penyesuaian harga jual produknya untuk menjaga porsi keuntungan. Langkah serupa, menurut Jansen juga ditempuh para pesaing ICBP. Analis NISP Sekuritas, Lyana Margareth dalam risetnya menyebutkan, sebesar 70% penjualan ICBP berasal dari penjualan mi instan. Mi instan sangat bergantung pada harga bahan baku utamanya, gandum dan minyak goreng. Pada 2008 silam, kenaikan harga gandum memaksa ICBP mengerek harga jual produk. "Kenaikannya berkisar 40%-70%," tutur Lyana.Laba bisa naikKenaikan harga itu menyebabkan konsumen mengurangi konsumsi mi instan. Apalagi pada saat itu inflasi year on year mencapai 11,8%. Dus, penjualan mi instan ICBP melorot 10,1%. Meski demikian, Lyana memperkirakan penjualan ICBP tahun ini akan meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Berbagai kalangan memproyeksikan perekonomian nasional akan tumbuh 6%-6,5%. "Market size ICBP akan meningkat sejajar dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia," imbuh Lyana.Dia menghitung, laba bersih ICBP tahun ini akan tumbuh 6%-8% dari tahun lalu yang diprediksi Rp 1,72 triliun. Sedangkan, Jansen menaksir laba bersih ICBP mencapai Rp 1,8 triliun, naik 64% dari estimasi laba bersih 2010 senilai Rp 1,1 triliun. Tapi Yohan melihat laba bersih ICBP akan cenderung flat, bahkan berpotensi menurun. Dia merekomendasikan tahan ICBP.Jansen menyarankan beli dengan target jangka panjang Rp 5.500 per saham. Lyana juga merekomendasikan beli di target Rp 5.700 per saham. Harga ICBP pada penutupan kemarin naik 2,22% menjadi Rp 4.600 per saham.