Kenaikan Harga Bahan Baku Membayangi, Begini Strategi Kalbe Farma (KLBF)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) punya beberapa strategi untuk menghadapi tantangan kenaikan harga bahan baku yang dapat menggerus pendapatan.

KLBF membukukan penjualan neto sebesar Rp 7,01 triliun di kuartal I-2022 atau tumbuh 16,63% yoy. Namun beban pokok penjualan KLBF juga ikut tumbuh 21,42% yoy jadi menjadi Rp 4,08, triliun.

Head of Investor Relations Kalbe Farma Lukito Gozali bilang, kenaikan harga baku sudah menjadi persoalan lama. Tapi sejak pandemi Covid-19 dan adanya penutupan berbagai wilayah menyebabkan supply issues atau gangguan suplai.

"Biasanya waktu kontrak bisnisnya 3-6 bulan, tapi supply issues yang ada kontraknya kita tingkatkan jadi 6-12 bulan," imbuhnya dalam acara paparan virtual, Senin (27/6).

Baca Juga: Dihadapkan Pada Kenaikan Harga Hahan Baku, Begini Rekomendasi Saham KLBF dari Analis

Selain itu,  juga meningkatkan buffer stock alias stok penyangga. Awalnya hanya untuk 3 bulan, tapi sekarang bisa menjadi 4 bulan sampai 5 bulan.

Lukito menjelaskan, sebagian besar bahan baku KLBF berasal dari luar negeri dengan porsi sekitar 60% sampai 70%. Kata dia, sejak awal pandemi Covid-19, KLBF mulai menambah jumlah supplier diantaranya dari Korea dan Eropa.

Namun, emiten farmasi ini menyebut sedang mencoba mengurangi impor bahan baku. Salah satunya dengan menggenjot produk-produk herbal karena bahan bakunya berasal dari dalam negeri.

"Lalu dengan mengembangkan produk biologis, kita bisa menggunakan master cell kita biakan dan kembangkan menjadi satu produk," imbuhnya.

Manajemen Kalbe Farma masih tetap mempertahankan target pertumbuhan penjualan bersih dan laba bersih di kisaran 11%-15% hingga akhir tahun nanti.

Per kuartal I 2022, KLBF sudah mengantongi laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk hingga Rp 834,88 miliar. Laba itu meningkat 16,53% yoy dari Rp 716,46 miliar di kuartal I 2021.

Baca Juga: Saham-Saham Ini Laris Diborong Asing, Mana yang Menarik Dikoleksi?

 
KLBF Chart by TradingView

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat