Kenaikan harga batubara membuat biaya bahan bakar Vale Indonesia (INCO) membengkak



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga batubara global memberikan dampak terhadap emiten yang menggunakan komoditas ini dalam operasional bisnisnya. Salah satunya, PT Vale Indonesia Tbk (INCO).

Sepanjang paruh waktu pertama tahun ini, INCO telah menggunakan 174.237 ton batubara sebagai salah satu bahan bakar pengolahan nikel. Konsumsi ini sejatinya turun 13% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, yang sebesar 201.365 ton. Namun, selama periode ini, harga batubara yang digunakan naik 15,26% secara tahunan menjadi US$ 120,1 per ton.

Bernardus Irmanto, Chief Financial Officer (CFO) PT Vale Indonesia Tbk tak menampik, kenaikan tersebut membuat beban operasional perusahaan membengkak. 


"Secara year to date, biaya yang kami keluarkan untuk batubara sekitar US$ 5 juta hingga US$6 juta lebih tinggi dari yang kami anggarkan," ujarnya, Rabu (8/9).

Baca Juga: Tak masuk bisnis downstream, Vale (INCO) akan memproduksi limonit

Beruntung, harga komoditas nikel dunia juga masih dalam level yang tinggi. Sehingga, level ini mampu mengkompensasi kenaikan harga batubara. Rata-rata harga jual nikel produksi INCO melompat 37,31% secara tahunan menjadi US$ 13.520 per ton sepanjang semester pertama tahun ini. 

 
INCO Chart by TradingView

"Stok nikel dunia saat ini berada dalam level terendah selama dua tahun terakhir. Kami berharap, harga bisa tetap berada di kisaran US$ 17.000 per ton hingga US$ 18.000 per ton hingga akhir tahun," terang Bernardus.

Tak menutup kemungkinan, ekspektasi tersebut bisa terealisasi. Sebab, harga nikel bulan lalu sempat menyentuh kisaran US$ 19.000 per ton.

Guna mengoptimalkan kinerja keuangan di tengah kenaikan harga batubara, INCO bakal mengejar target produksi 64.000 metrik ton nikel hingga akhir tahun. Realisasi hingga paruh waktu pertama tahun ini sekitar 30.246 metrik ton atau setara sekitar 47,26% dari target.

"Produksi pada Agustus ada kenaikan. Kami optimistis mampu mencapai target 64.000 ton hingga akhir tahun," jelas Bernardus. 

Selanjutnya: Vale Indonesia (INCO) optimistis menggenjot produksi nikel di semester kedua

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi