JAKARTA. Harga batubara masih terus menunjukkan penurunan karena bayang-bayang jatuhnya harga minyak dan tingginya index dollar Amerika Serikat. Pasokan produksi batubara yang meingkat, turut membebani harga batubara. Enam analis yang dihubungi Bloomberg memperkirakan, harga batubara di tahun 2015 ini bisa menyentuh level rata-rata US$ 54,54 per ton, turun 5,2% dari rata-rata harga 2014 lalu yakni US$ 57,54 per ton. Mengutip Bloomberg, Senin (2/1) pukul 16.00, pengiriman batubara bulan Februari 2015 di ICE Futures Europe berada di level US$ 60,93 per metrik ton. Harga batubara turun 3,4% dibandingkan akhir pekan lalu. Sementara harga jatuh 1,5% dalam sepekan terakhir.
Analis PT Pefindo Guntur Tri Hariyanto mengatakan, harga batubara sempat naik tipis pada Jumat (30/1) menuju level US$ 63,10 per metrik ton lantaran adanya upaya pengurangan produksi perusahaan batubara Glencore Plc. Perusahaan itu dikatakan akan melakukan pemotongan jumlah produksi lewat penghentian produksi selama tiga minggu di 13 wilayah pertambangannya di Australia sejak Desember 2014 lalu. Selain itu untuk tambang Glencore di Afrika Selatan juga akan dilakukan pengurangan produksi sebanyak 50% atau sebesar 10 juta metrik ton. Tidak hanya Glencore, perusahaan batubara berbasis di Swiss yakni Baar juga melakukan pemotongan produksi. Baar mengurangi produksinya sebanyak 4 juta ton. “Tapi kenaikan ini tidak akan bertahan lama,” duga Guntur. Hal ini dibuktikan dengan penurunan harga batubara pada awal Februari. Menurut Guntur, tekanan batubara belum pudar karena produksi batubara di pasar masih berlimpah. Apalagi permintaan batubara terus tergerus. Permintaan yang turun datang dari China. Sebagai salah satu konsumen batubara terbesar, upaya China untuk melakukan pengalihan energi yang ramah lingkungan terlihat dari turunnya permintaan China di 2014 sebesar 3,5% terhadap batubara.