KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga emas dunia kembali unjuk gigi dengan mencetak rekor tertinggi mendekati level psikologis US$ 3.000 per ons troi di pekan ini. Lonjakan harga ini terjadi seiring dengan menguatnya ketidakpastian global akibat peningkatan tensi perang dagang dan ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (Fed). Melansir Reuters, harga emas dunia di pasar spot pada Jumat (14/3) pukul 17.54 wib sempat berada di level US$ 3.002,49 per ons troi, menguat 0,49% dari perdagangan sebelumnya US$ 2.987,75 per ons troi. Penguatan ini melanjutkan tren bullish sepanjang tiga hari terakhir. Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong menyoroti bahwa penguatan ini akan memicu aksi profit taking yang tinggi, seperti yang sudah terjadi sebelumnya. Bahkan, harga emas hari ini sempat terkoreksi sebelum melonjak. Ini mengindikasikan tanda-tanda aksi profit taking dari rekor pada perdagangan sebelumnya.
"Aksi ini mungkin rentan terjadi dalam jangka pendek, makanya sangat memungkinkan untuk harga kembali koreksi kedepannya. Perkiraan saya mungkin batas koreksinya sampai US$ 2.880 per ons troi," ungkap Lukman kepada Kontan.co.id, Jumat (14/3). Namun, potensi untuk kembali melanjutkan penguatan masih sangat terbuka di kuartal ini. Bahkan hingga akhir tahun nanti, Lukman optimis harga emas dunia akan bergerak di level US$ 3.300 – US$ 3.500 per ons troi. Baca Juga: Harga Emas Dunia Bergerak Lampau Level Psikologis, Cermati Prospeknya ke Depan Analis Dupoin Indonesia, Andy Nugraha berpandangan bahwa harga emas dunia masih memiliki peluang untuk melanjutkan tren kenaikannya, dengan mempertimbangkan faktor-faktor fundamental dan teknikal. "Kalau dari sisi teknikal, kombinasi yang terjadi pada pola candlestick dan indikator Moving Average (MA) menunjukan bahwa tren kenaikan harga emas masih sangat kuat untuk kedepannya," ujar Andy dalam keterangannya kepada Kontan.co.id, Jumat (14/3). Peningkatan ini mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap genderang perang dagang yang memicu perlambatan ekonomi global dan mengganggu arus perdagangan. Akibatnya, investor akan beralih ke aset safe heaven seperti emas. Dalam ekslasi terbaru perang dagang, Trump mengancam pengenaan tarif 200% untuk seluruh produk alkohol dari negara Uni Eropa (UE). Aksi ini digaungkan Trump pasca Uni Eropa melakukan serangan balik kepada Amerika Serikat (AS). Sebelumnya, Trump juga sudah menegaskan bahwa dirinya akan mengancam memberlakukan tarif timbal balik pada negara yang menyerang balik keputusan tarifnya. Founder Tradeindo Wahyu Tribowo Laksono menambahkan, kebijakan Trump yang memicu volatilitas ini bisa menjadi katalis positif bagi harga emas dunia. Potensi penguatan ini semakin nyata seiring dengan melemahnya data inflasi AS ke posisi 2,8% dan defisit pada PDB AS di bulan Februari sebesar US$ 11 miliar. "Secara fundamental, semua sentimen ini masih support terhadap harga emas kedepannya. Ini bisa dilihat dari harga saat ini yang sudah melampaui level psikologis US$ 3.000 per ons troi," ucap Wahyu kepada Kontan.co.id, Jumat (14/2). Baca Juga: Lonjakan Permintaan Safe-Haven, Emas Berada di Ambang US$3.000 Wahyu juga memproyeksikan, di jangka menengah harga bergerak di kisaran US$ 3.100 – US$3.500 per ons troi. Ia bahkan optimis pergerakannya melampaui US$ 4.000 – US$ 5.000 per ons troi, dengan mempertimbangan sejumlah sentimen yang ada. Melihat hal ini, Perencana Keuangan Finansial Consulting Eko Endarto pun turut optimis dengan tren harga emas kedepannya. Apalagi, untuk jangka panjang, investasi ini cukup menjanjikan. "Saya kira untuk saat ini lebih baik ditahan dulu, karena ada potensi untuk kenaikan lagi. Terlebih, bagi investor yang jumlah investasinya besar, tetap rutin berinvestasi secara berkala," ujar Eko kepada Kontan.co.id, Jumat (14/3). Eko juga menyoroti tensi perang dagang yang mustahil redup dalam waktu dekat. Jadi, sangat memungkinkan aset seperti emas terus mengalami lonjakan harga dalam beberapa tahun kedepan. Di akhir, Lukman kembali menambahkan, ditengah kenaikan ini, menerapkan strategi dollar cost averanging adalah langkah yang tepat. Investor diharapkan membeli secara bertahap diharga manapun, baik ketika naik atau turun. Hal ini dilakukan untuk menurunkan resiko harga terkokresi besar atau harga naik terus dan tidak sempat masuk. "Bagi investor yang mau menjual, boleh saja untuk menjual sebagian, makimal 20%. Dan sangat tidak disarankan untuk masuk, lebih baik tunggu kembali terkoreksi atau setidaknya sampai harga berkonsolidasi dulu," Tutup Lukman.