Kenaikan harga emas sementara, reksadana saham bisa jadi pilihan investasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penurunan suku bunga acuan oleh bank sentral di dunia, termasuk Bank Indonesia (BI), bisa dimanfaatkan bagi investor untuk masuk ke pasar reksadana saham. Mumpung harganya sudah terdiskon banyak, Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menilai saat ini adalah momentum yang tepat.

Rudiyanto mengatakan, di era suku bunga turun dan perbankan global yang mulai melakukan pelonggaran likuiditas, investor bisa mempertimbangkan untuk masuk ke aset yang mengandung risiko seperti reksadana saham. "Apalagi, sejak awal tahun saham belum naik, sementara obligasi sudah naik. Sehingga, secara valuasi saham menjadi undervalue," kata Rudiyanto kepada Kontan.co.id, Jumat (9/8).

Baca Juga: Wow, Jumlah Investor Pasar Modal Menembus Dua Juta


Hingga akhir tahun, Panin Asset Management optimistis Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa berada di kisaran harga wajar 7.200 hingga 7.400. Level tersebut, disinyalir bakal didukung ketersediaan likuiditas. Mengingat, saat ini ekonomi dunia berada dalam tren penurunan bunga, dan bank sentral gencar melakukan pelonggaran likuiditas.

Di sisi lain Rudiyanto menilai, pergerakan harga emas internasional dalam tren naik karena sentimen perang dagang dan suku bunga yang tidak menentu. Sehingga, Panin Asset Management memandang harga emas saat ini sudah tinggi dan kemungkinan akan sulit untuk tumbuh lebih tinggi.

"Untuk harga emas di Antam, agak berbeda karena sudah memasukkan unsur kurs nilai tukar. Bisa saja harga emas dunia tidak naik, tapi karena kurs rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), maka harga emas Antam naik," jelasnya.

Baca Juga: Jadi pilihan utama safe haven, harga emas bisa menyentuh US$ 1.600 per ons troi

Bagi investor yang ingin berinvestasi saat kondisi pasar masih dihadapkan berbagai sentimen, Rudiyanto menyarankan agar menyesuaikan dengan profil risiko masing-masing. Terutama, untuk investor yang memiliki karakter agresif dan memiliki jangka waktu investasi yang panjang.

"Mengingat bursa saham memiliki fluktuasi yang tinggi, maka ada baiknya selalu punya cash, supaya ketika terjadi koreksi dalam bisa melakukan pembelian pada harga bawah. Jadi cash akan untuk meminimalkan risiko, tapi justru memiliki peluru untuk masuk ketika harga di bawah," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati