Kenaikan harga jual tak berpengaruh pada bisnis Hexindo Adiperkasa



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Hexindo Adiperkasa Tbk telah memperbarui perjanjian royalti dengan Hitachi Construction MAchinery Co.Ltd terkait penggunaan merek Hitachi Ltd. Dari kesepakatan perjanjian itu, perusahaan yang memiliki kode emiten HEXA ini harus membayar royalti merek Hitachi sebesar 2%, dengan perincian 1% untuk Hitachi, dan 1% untuk Hitachi Construction Machinery (HCM). Untuk mengimbangi kenaikan royalti ini, perusahaan menaikkan harga jual produk. Meski begitu, kenaikan harga jual ini diklaim tak berdampak pada kinerja perusahaan.

Perihal Perjanjian tersebut, President Director PT Hexindo Adiperkasa Kardinal A. Karim menjelaskan perusahaannya memang harus membayar 2% dari pendapatan untuk membayar royalti itu. Ia menambahkan, pihaknya juga meminta konsultan independen guna meninjau kembali mengenai perjanjian tersebut.

Pemberian royalti untuk Hitachi tak hanya dilakukan di Indonesia, akan tetapi berlaku untuk seluruh dunia. Setelah ditinjau kembali, Kardinal A. Karim mengatakan pembayaran 2% itu masih wajar. 


Nah, untuk menahan penurunan keuntungan yang didapat perusahaan, HEXA melakukan beberapa strategi, salah satunya menaikan profit margin. Saat kondisi kontruksi dan industri terpuruk beberapa tahun yang lalu, harga jual barang dari HEXA selalu di bawah harga standar agar penjualan tetap stabil.

Berbeda dengan dulu, saat ini dengan kondisi konstruksi yang bagus, HEXA memasang harga jual sesuai standar. Kardinal A. Karim mengatakan, jika sebelumnya HEXA memasang margin 7%, sekarang naik di atas 10%. “Jadi untuk menutup yang royalti itu kami menaikan margin, sekarang margin kami naikkan menjadi 12%-13%,” kata Karim, Rabu (16/5).

Kenaikan harga jual ini dilakukan secara bertahap, kata Karim, hal ini dilakukan agar pelanggan tak terlalu kaget akan kenaikan harga jual. “Kenaikannya harus bertahap, sudah mulai pertengahan tahun lalu kita naikkan harga jual,” ujarnya.

Meski harga jual naik, Chief Marketing Officer PT Hexindo Adiperkasa Tbk Djonggi Gultom mengatakan hal ini tak berpengaruh pada kontrak bisnis dengan pelanggan. “Permintaan unit tetap banyak, banyak yang mengatre malah,” kata Djonggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi