Kenaikan Harga Komoditas Bakal Jadi Katalis Pendorong Kinerja Antam (ANTM)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) diproyeksi bakal menguat seiring kenaikan harga komoditas.

Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Miftahul Khaer mengatakan kenaikan harga emas masih menjadi katalis utama bagi kinerja Antam. Maklum, emiten ini merupakan penyuling emas terbesar di Indonesia.

Jika harga komoditas naik, ANTM akan mendapatkan spread atas harga. Oleh sebab itu, dengan harga emas yang lebih tinggi adalah keuntungan bagi bisnis ANTM dan tentu saja dapat meningkatkan EBITDA. 


"Kenaikan nilai komoditas global yakni potensi peningkatan volume penjualan emas dan ekspektasi margin kilang yang lebih baik," terang Miftah kepada Kontan.co.id, Rabu (30/10). 

Baca Juga: Sebulan Harga Emas Antam Naik 6,56%, Cek Hari Ini (30 Oktober 2024)

Selain itu Miftah memperkirakan akan terjadi kenaikan produksi bijih nikel tahunan. Adapun tingkat permintaan bijih dari smelter Indonesia yang masih tetap kuat, dengan spesifikasi kualitas yang ketat.

Namun, saat ini akses ke bijih nikel masih terbatas akibat infrastruktur yang kurang memadai. Sehingga meningkatkan harga premium bagi pemilik tambang itu. 

Benny Kurniawan, Analis JP Morgan menambahkan prospek terhadap profitabilitas dari bisnis bijih nikel cukup besar. 

Hingga kuartal II 2024, volume penjualan bijih nikel mencapai 2,35 juta wet metric tons (wmt). Perkiraan JP Morgan, pada kuartal ketiga mampu mencapai 2,50 juta wmt. 

Baca Juga: Komitmen Lanjutkan Hilirisasi Nikel, Simak Strategi Beberapa Emiten

Memang, bisnis nikel ANTM sempat terkendala masalah Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) tahun ini, sehingga menghambat ANTM menjual bijih dengan potensi penuh pada paruh pertama lalu. Namun demikian, Benny memperkirakan penjualan bijih nikel bisa mencapai 13-15 juta ton pada tahun depan.

Di samping itu, JP Morgan mengatakan bijih nikel saprolit berkadar tinggi ANTM mulai mengalami kelangkaan dan diperkirakan bakal dijual di atas US$ 6 per wmt. 

"ANTM melaporkan bahwa kelangkaan ini mengakibatkan premi berkisar US$ 3 hingga US$ 11 per wmt pada kuartal ketiga 2024, dean kuotasi premi yang semakin meningkat pada Oktober," jelasnya dalam riset 8 Oktober 2024.

Di sisi lain, kinerja ANTM akan terdorong penjualan emas, mengingat Antam merupakan penyuling emas terbesar di Indonesia. 

Baca Juga: Hilirisasi Bauksit Terhambat, 7 Smelter Mangkrak Tanpa Investor

Beny berharap ANTM bisa memurnikan 1 juta ons emas tahun ini dan mampu memberikan kontribusi ke EBIT sebesar USD 162 juta atau naik 40% yoy. 

Kemudian pendapatan dari proyek alumina SGAR di Mempawah diproyeksi bakal menopang kinerja Antam sebab Antam memiliki 40% saham di proyek ini dan prospek positif didorong oleh kenaikan harga alumina.

Proyek tersebut diharapkan mulai beroperasi tahun depan, dengan kapasitas awal 500 ribu ton dari total kapasitas 1 juta ton per tahun. 

Namun ada sejumlah risiko yang perlu diwaspadai menghambat kinerja dan proyeksi tersebut. Benny menjelaskan terkait penetapan harga premium dalam penjualan bijih Nikel, mengingat sekitar 40% penjualan dilakukan melalui kontrak yang melibatkan trader. Kemudian ada kemungkinan penundaan izin untuk konsesi tambang tambahan.

Baca Juga: MIND ID Dorong Hilirisasi Mineral untuk Dongkrak Sektor Manufaktur

Di sisi lain, analis BRI Sekuritas Timothy Wijaya mengungkapkan bahwa ANTM seharusnya memanfaatkan pihak ketiga. Menurutnya Antam dapat memanfaatkan penjualan premium bijih ke pihak ketiga karena ada jeda waktu antara persetujuan kuota RKAB WBN dan penyerahan penjualan aktualnya. 

"ANTM seharusnya diuntungkan dari kedua situasi tersebut karena memiliki 10% saham WBN," jelas Timothy dalam riset 25 Oktober 2024.

ANTM juga menargetkan penjualan 29 juta wmt nikel untuk tahun 2024 yang terdiri dari dari 2/3 bijih Saprolit dan 1/3 bijih Limonit. Oleh sebab itu, dengan kepemilikan saham 10%, kontribusi terhadap ANTM setara dengan 1,9 juta wmt penjualan bijih Saprolit dan 970 ribu wmt penjualan bijih Limonit.

Baca Juga: Aneka Tambang (ANTM) Terus Geber Proyek Hilirisasi

Terkait proyeksi kinerja ANTM, JP Morgan memproyeksi pendapatan Antam di akhir tahun 2024 sebanyak Rp 50 triliun dengan laba bersih diproyeksi sebesar 2,4 triliun. 

Sementara Kiwoom Sekuritas mempertahankan proyeksi bullish ANTAM, dan memperkirakan pertumbuhan laba bersih dapat mencapai double digit pada tahun ini.

Untuk sahamnya, JP Morgan memberi rekomendasi overweight dan menaikkan target harganya menjadi Rp 1.850 per saham. Sementara Kiwoom Sekuritas merekomendasikan trading buy dengan target harga Rp 1.765 per saham. BRI Danareksa memberikan rekomendasi buy ANTM dengan target harga Rp 2.000 per saham. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati