KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga sejumlah komoditas terlihat meroket sepanjang tahun ini. Hal tersebut sejalan dengan pemulihan ekonomi global yang turut mendorong permintaan terhadap sejumlah komoditas. Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy mengatakan, Kenaikan harga komoditas akan berdampak positif terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Tren tersebut sudah terlihat dari beberapa pos penerimaan negara sampai dengan bulan Agustus 2021. Yusuf mengatakan, misalnya pertumbuhan penerimaan pajak berdasarkan lapangan usaha pertambangan yang telah mencapai pertumbuhan 8% secara year on year (yoy), yang padahal tahun lalu pertumbuhannya terkontraksi hingga minus 30%.
“Selain itu kalau melihat dari pos lain seperti Bea Keluar. Pemerintah seperti mendapatkan durian runtuh dari kenaikan harga komoditas utama, karena tumbuh hingga 891% imbal aktifnya tarif bea keluar untuk crude palm oil (CPO) ketika harga komoditas meningkat dan juga kenaikan harga batubara,” kata Yusuf kepada Kontan.co.id, Kamis (6/10). Baca Juga: Harga batubara meroket, Pengamat: Pasokan batubara untuk PLN harus tetap terjaga Sementara itu untuk harga komoditas seperti batubara, Yusuf mengatakan, peningkatan harga batubara disebabkan oleh peningkatan permintaan dan juga terbatas suplai. Saat ini untuk pasokan batubara sedang dihadapkan pada kondisi suplai. Contohnya menghadapi peningkatan permintaan dari Rusia, Korea Selatan, dan juga Jepang. Peningkatan permintaan dari Jepang disebabkan peningkatan permintaan industri dan rumah tangga setelah mesin ekonomi kembali berjalan. Lebih lanjut, Yusuf bilang, Jepang sebenarya bisa meningkatkan permintaan dari Australia, akan tetapi, sentimen lingkungan dan juga masalah tenaga kerja menjadi kendala tersendiri.