JAKARTA. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) masih membukukan pertumbuhan kinerja di tahun lalu. Pendapatan UNVR naik 12,7% menjadi Rp 30,7 triliun. Sementara, laba bersih UNVR tumbuh 10,6% year on year (yoy) menjadi Rp 5,3 triliun. Analis BNI Securities, Ankga Adiwirasta mengatakan, laba bersih UNVR 2,8% lebih kecil daripada ekspektasi. "Ada beban dari kenakan gaji dan pelemahan rupiah," kata dia. Untuk mengimbangi hal ini, UNVR sudah menaikkan harga jual sekitar 5%. Menurut analis Samuel Sekuritas Tiesha Narandha Putri, dalam riset 27 Maret 2014, kinerja UNVR tahun lalu sesuai dengan prediksi. Pendapatan memenuhi 95,4% dari estimasi dia, sementara laba 102,8% dari prediksi.
Padahal, menurut Tiesha, di kuartal IV-2013, UNVR mencatat kenaikan gross margin 0,36% meski rupiah terdepresiasi 8,9%. Ini didukung oleh kenaikan harga harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) 6%-7%. Herman Koeswanto, analis Mandiri Sekuritas, dalam risetnya 27 Maret 2014, mengungkapkan, UNVR bahkan telah menaikkan ASP 4%-5% per Maret 2014 untuk mempertahankan laba. Kenaikan harga tersebut, menurut Tiesha, tidak akan mempengaruhi permintaan dari konsumen Unilever. Sebab, kenaikan harga juga dilakukan oleh kompetitor UNVR yang lain. Alhasil, daya saing UNVR tidak berubah. Selain itu, menurut Ankga, UNVR mempunyai produk dengan konsumen loyal yang cukup besar. "Produk pasta gigi, misalnya, memiliki penetrasi 100%," kata dia. Faktor lain yang cukup membantu UNVR, menurut Herman, adalah efisiensi. Cara ini terbukti membantu UNVR meningkatkan kinerja. Biaya iklan dan promosi UNVR di tahun lalu juga tak banyak berubah. Dia berpendapat, biaya iklan dan promosi di tahun ini juga akan lebih terbatas karena slot iklan banyak digunakan untuk kampanye pemilihan umum (pemilu). Efisiensi juga membuat tingkat pengembalian modal atau return on equity (ROE) membesar. Jika di 2003, ROE UNVR 61%, tahun lalu, ROE UNVR mencapai 126%. Tahun ini, UNVR akan mempertahankan anggaran iklan dan promosi 13%-14% dari belanja modal. UNVR menganggarkan belanja modal Rp 1 triliun di 2014. Perusahaan ini menargetkan pendapatan tumbuh dua digit di tahun ini dan tahun depan. Penopang optimisme ini adalah pertumbuhan kelas menengah di Indonesia, yang akan mendorong permintaan produk UNVR. Selain itu, pemilihan umum memicu peningkatan kebutuhan barang konsumsi sehingga menjadi peluang bagi UNVR.
Meski demikian, Herman menilai, ada risiko yang bisa menghambat UNVR. Di antaranya, perlambatan kondisi makro ekonomi, volatilitas harga bahan baku dan rupiah, ketidakseimbangan jumlah persediaan dan permintaan, serta persaingan. Tapi, Ankga yakin, pendapatan UNVR tahun ini bisa mencapai Rp 35,7 triliun dengan laba bersih Rp 6,3 triliun. Adapun, proyeksi Herman, pendapatan UNVR Rp 35,2 triliun dan laba bersih Rp 6,15 triliun. Ketiga analis menyarankan buy saham UNVR. Tiesha menargetkan harga Rp 33.000 per saham, Herman Rp 34.500, dan Ankga Rp 34.250. Jumat (28/3), harga UNVR naik 1,92% ke Rp 29.250 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Avanty Nurdiana