SEOUL. Mata uang Asia pagi ini keok. Data Bloomberg menunjukkan, won Korea Selatan dan peso Filipina mengalami penurunan paling besar. Rupanya, lonjakan harga minyak dunia dikhawatirkan akan memperlambat pertumbuhan ekonomi global, sehingga memperburuk outlook ekspor untuk kawasan Asia. "Kenaikan harga minyak kemungkinan akan menghambat pertumbuhan ekonomi global. Hal itu akan berdampak negatif bagi Asia karena kawasan regional sangat bergantung dari permintaan eksternal," jelas Hideki Hayashi, global economist Mizuho Securities Co di Tokyo. Pada pukul 11.41 waktu Seoul, won melemah 0,2% menjadi 1.117,25 per dollar. Sementara, ringgit Malaysia melemah 0,1% menjadi 3,0300. Di negara Asia lainnya, dollar Taiwan menguat 0,2% menjadi NT$ 29,40. Sementara, rupiah Indonesia, baht Thailand, dan dollar Singapura tak banyak berubah di posisi 8.791, 30,46, dan S$ 1,2666. Sekadar tambahan informasi, kontrak harga minyak dunia naik ke level tertinggi dalam 29 bulan terakhir di atas level US$ 105 sebarel.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Kenaikan harga minyak juga menyebabkan mata uang regional terpuruk
SEOUL. Mata uang Asia pagi ini keok. Data Bloomberg menunjukkan, won Korea Selatan dan peso Filipina mengalami penurunan paling besar. Rupanya, lonjakan harga minyak dunia dikhawatirkan akan memperlambat pertumbuhan ekonomi global, sehingga memperburuk outlook ekspor untuk kawasan Asia. "Kenaikan harga minyak kemungkinan akan menghambat pertumbuhan ekonomi global. Hal itu akan berdampak negatif bagi Asia karena kawasan regional sangat bergantung dari permintaan eksternal," jelas Hideki Hayashi, global economist Mizuho Securities Co di Tokyo. Pada pukul 11.41 waktu Seoul, won melemah 0,2% menjadi 1.117,25 per dollar. Sementara, ringgit Malaysia melemah 0,1% menjadi 3,0300. Di negara Asia lainnya, dollar Taiwan menguat 0,2% menjadi NT$ 29,40. Sementara, rupiah Indonesia, baht Thailand, dan dollar Singapura tak banyak berubah di posisi 8.791, 30,46, dan S$ 1,2666. Sekadar tambahan informasi, kontrak harga minyak dunia naik ke level tertinggi dalam 29 bulan terakhir di atas level US$ 105 sebarel.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News