Kenaikan Harga Minyak Memberatkan Beban Operasional, Begini Strategi Pertamina



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menguatnya harga minyak mentah saat ini mempengaruhi beban operasional operator migas di lapangan. Demi menghadapi persoalan ini, PT Pertamina telah menyiapkan sejumlah upaya untuk memitigasi dampak yang ada demi harga minyak tetap terjaga. 

Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso menjelaskan, pergerakan harga minyak dunia memang bergerak fluktuatif yang tentu bukan terjadi saat ini saja. 

“Sehingga kita bersama Pemerintah sudah menyiapkan mitigasinya,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (15/10). 


Fadjar menjelaskan, ada sejumlah upaya yang dilakukan Pertamina untuk mengendalikan biaya di lapangan migas. Misalnya saja, pemilihan minyak mentah (crude) yang optimal, pengelolaan inventory, efisiensi biaya pengangkutan, dan memaksimalkan produksi produk bernilai tinggi (high valuable product). 

Baca Juga: Jaga Daya Beli, Kenaikan Harga Gas Hulu Harus Diikuti Insentif yang Mendukung

Sebelumnya, Deputi Eksploitasi SKK Migas, Wahju Wibowo menyatakan, di tengah menguatnya harga minyak dunia, secara umum, akan berdampak pada kenaikan beban operasional KKKS karena harga-harga bergerak naik.

Namun menurutnya persoalan itu tidak masalah karena kenaikan pendapatan dari produksi minyak dapat mengkompensasi naiknya beban operasional tersebut 

“Sampai saat ini ketersediaan rig dan sumber daya manusia (SDM) masih menjadi kendala untuk mengeksekusi semua rencana kerja pemboran yang ada seperti dalam WP&B,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (11/10). 

Namun, kenaikan harga minyak tentunya bisa menjadi momentum untuk setiap Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dalam merencanakan dan melaksanakan upaya kegiatan menaikkan produksi. 

“Hal ini terlihat dari kenaikan investasi hulu migas secara umum di beberapa tahun terakhir di mana memang harga minyak berada dalam bilangan yang tinggi,” jelasnya. 

Baca Juga: Dikabarkan Minta Penyesuaian Harga Gas dari Blok Corridor, Ini Jawaban Bos Medco

Meski kenaikan harga minyak dunia tersengat gejolak geopolitik global, Wahju menilai, kondisi tersebut tidak membuat pendanaan ke hulu migas menjadi sulit. Hanya saja, memang selalu ada tantangan untuk menarik investasi ke Indonesia.

Oleh karena itu, lanjutnya, industri hulu migas Indonesia harus selalu menarik (attractive) untuk investor. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi