Kenaikan harga minyak tertahan



JAKARTA. Harga minyak mentah terkoreksi. Pernyataan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat, Ben S Bernanke soal kelanjutan program stimulus moneter AS, menahan kenaikan harga minyak, dua hari sebelumnya.

Di Bursa Nymex sampai dengan Kamis (18/7) pukul 17.06 WIB, harga minyak WTI untuk pengiriman Agustus 2013 melemah 0,16% menjadi US$ 106,31 per barel.

Dalam testimoni pertama yang disampaikan di hadapan Kongres AS, Bernanke menyatakan bahwa proses pengurangan ataupun penghentian program stimulus moneter AS bisa dipercepat. Syaratnya, perbaikan ekonomi AS benar-benar berada di jalur yang ditetapkan.


Ariston Tjendra, analis Monex Investindo Futures, mengatakan, pasar menunggu testimoni lanjutan yang akan disampaikan oleh Bernanke di hadapan Komite Senat Perbankan AS, tadi malam. Aksi tunggu tersebut akhirnya, sedikit menekan pergerakan harga minyak.

Sebenarnya, kata Ariston, secara fundamental, harga minyak saat ini masih berpotensi melanjutkan penguatan. Menurutnya, ada banyak sentimen positif bagi penguatan harga minyak.

Faktor pertama, Badan Administrasi dan Informasi Energi AS menyatakan bahwa tingkat cadangan minyak AS turun 6,9 juta barel dalam sepekan hingga 12 Juli. Penurunan ini melebihi ekspektasi 2 juta barel. Kedua, krisis politik yang masih terjadi di beberapa negara Timur Tengah menjadi pemicu kenaikan harga minyak. Krisis politik dikhawatirkan mengganggu proses distribusi minyak.

Ketiga, membaiknya kondisi ekonomi AS yang diproyeksikan akan meningkatkan permintaan minyak dunia turut membakar harga minyak. "Tapi karena menunggu Bernanke, penguatan tersebut tertahan," kata Ariston.

Nizar Hilmy, analis SoeGee Futures menambahkan, secara teknikal, harga minyak saat ini memang berpotensi melemah. Ini bisa dilihat dari posisi harga yang saat ini selama seminggu belakangan ini sudah mencapai titik jenuh jual.

Namun, karena belum menemukan alasan turun tajam, pergerakan harga minyak masih konsolidasi cenderung melemah. "Ini masih cari alasan untuk turun, dan hanya bergerak konsolidasi saja," kata Nizar.

Secara teknikal, Ariston mengatakan, harga minyak sepekan ke depan masih akan menguat. Ini bisa dilihat dari posisi indikator moving average convergence divergence (MACD) yang masih berada di area positif.

Stochastic yang baru memasuki area overbought menunjukkan potensi penguatan. Begitu juga dengan relative strength index (RSI) yang berada di atas level 50 dan cenderung bergerak ke atas menunjukkan fase bullish minyak masih akan berlanjut.

Ariston memperkirakan, sepekan ke depan harga minyak akan naik di US$ 103- US$ 110 per barel. Nizar memprediksi, gerak harga minyak sepekan ke depan akan konsolidasi di kisaran US$ 103-US$ 107 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati