KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kekhawatiran akan tingginya inflasi membuat harga emas batangan sertifikat Antam keluaran Logam Mulia PT Aneka Tambang melambung. Analis memproyeksikan dalam jangka pendek harga emas berpotensi masih naik. Mengutip laman logammulia, Kamis (11/11), harga emas Antam naik 8.000 menjadi Rp 951.000 per gram. Dalam sepekan harga emas Antam sudah melambung Rp 24.000. Analis Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan harga emas dalam tren naik karena dipicu kekhawatiran tingginya kenaikan inflasi. Tercatat inflasi Amerika Serikat (AS) melonjak tembus ke 6,2%
year on year (yoy) untuk periode Oktober 2021. Angka tersebut melampaui perkiraan pasar yang sebesar 5,9% yoy.
Sementara, indeks harga konsumen (CPI) AS secara bulanan naik 0,9% melebihi ekspektasi sebesar 0,6%. Kompak, inflasi China juga melambung. Biro Statistik Nasional China mencatat indeks harga produsen melonjak 13,5% secara tahunan di periode Oktober. Angka tersebut juga naik 10,75% secara bulanan. "Setelah rilis data inflasi AS dan China lebih tinggi dari estimasi pasar, ini membuat harga emas melambung karena dijadikan aset lindung terhadap inflasi," kata Faisyal, Kamis (11/11).
Baca Juga: Harga emas Antam naik Rp 8.000 ke Rp 951.000 per gram pada hari ini (11/11) Sementara, data CPI AS yang tumbuh tinggi, mendukung dolar AS menguat dan semakin memperkuat spekulasi The Federal Reserve (The Fed) mempercepat kenaikan suku bunga acuannya. Dampaknya, sentimen ini memukul rupiah jadi melemah dan harga emas Antam jadi semakin melambung. Faisyal juga menjelaskan secara teori kenaikan inflasi akan memicu bank sentral untuk menaikkan suku bunga dan mata uang menguat. Tetapi untuk saat ini, pelaku pasar masih melihat emas sebagai aset lindung nilai dari inflasi. Penyebabnya, ada isu stagflasi, yaitu inflasi naik tinggi tetapi pertumbuhan ekonomi stagnan alias
flat. Hingga akhir tahun, Faisyal memproyeksikan harga emas Antam berpotensi masih akan menguat. Target kenaikan harga emas berpotensi menuju Rp 1 juta di akhir tahun ini. Namun, Faisyal mengingatkan dalam jangka pendek harga emas masih dibayangi sentimen negatif. Hingga saat ini para bank sentral global masih memproyeksikan bahwa tingginya inflasi hanya akan terjadi secara sementara. Artinya dalam jangka panjang jika inflasi menurun maka harga emas berpotensi tertekan.
Di tengah kondisi ini, Faisyal merekomendasikan investor bisa membeli emas Antam dan dijual dalam jangka pendek. Sementara, bila tujuan investor untuk jangka panjang, maka Faisyal merekomendasikan
sell on rally ketika harga sudah naik tinggi. "Bagaimanapun harga emas Antam masih berpotensi untuk terkoreksi dalam jangka panjang diakibatkan secara perlahan pertumbuhan ekonomi akan membaik dan menggiring investor ke aset berisiko," kata Faisyal. Faisyal optimistis pertumbuhan ekonomi global akan membaik karena pandemi Covid-19 sudah mereda dan hubungan dagang AS dan China juga sudah tidak sepanas waktu yang lalu. Jadi belum ada sentimen negatif yang menghambat pertumbuhan ekonomi global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi