Kenaikan laba bersih mengerek layar BBNI



JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mencetak kinerja gemilang pada semester pertama tahun ini. Laba bersih BBNI melesat 80% menjadi sekitar Rp 4,4 triliun dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.

Dalam riset Senin (25/7), Stephan Hasjim, analis Indo Premier Securities, mengatakan, laba bersih BBNI pada semester pertama lalu baru memenuhi 40% dari proyeksi laba sepanjang tahun Rp 10,84 triliun. "NPL sampai akhir tahun diproyeksi akan mencapai 3%," ungkap Stephan.

Non performing loan (NPL) atau rasio kredit bermasalah BBNI naik menjadi 3% pada akhir kuartal kedua dibandingkan kuartal sebelumnya 2,8%. Kenaikan NPL ini mayoritas disebabkan oleh pinjaman PT Trikomsel yang turun menjadi 1,3 triliun.


Pendapatan bunga bersih alias net interest income (NII) naik 11,7% menjadi Rp 13,9 triliun. Pendapatan non-bunga naik 28,7% dari Rp 3,44 triliun menjadi Rp 4,43 triliun. Total nilai aset bank pelat merah ini mencapai Rp 539,14 triliun pada akhir Juni 2016 atau tumbuh 25,1% dibandingkan Juni 2015.

Pertumbuhan aset ini juga ditopang oleh dana pihak ketiga yang naik sekitar 19,6%. Frederik Rasali, analis Minna Padi Investama, mengatakan, capaian BBNI di semester pertama ini sesuai konsensus.

Namun, BBNI banyak mengeluarkan ongkos write off piutang dari debitur. "Yang melakukan write off adalah sektor manufaktur yaitu 24% dari total portofolio, kemungkinan besar karena rendahnya permintaan sejak tahun lalu," kata Frederik, kepada KONTAN, Rabu (27/07).

Rencana bank berlogo angka 46 tersebut menggenjot kredit segmen konsumen justru lebih menarik pada semester kedua nanti, karena prediksi daya beli konsumen akan meningkat.

Syaiful Adrian, analis Ciptadana Sekuritas, dalam risetyakin, BBNI masih memiliki kesempatan memperbaiki kualitas aset di semester kedua. Setengah tahun kedua nanti kondisi ekonomi Indonesia diprediksi membaik. Syaiful memproyeksi, sepanjang tahun ini NII perseroan akan mencapai Rp 28,13 triliun dan NIM 5,9%.

Sementara NPL gross ditargetkan akan menurun 2,6% dibanding tahun lalu 2,5%. "Sementara net profit akan mencapai Rp 10,03 triliun," jelas Syaiful. Sebagai bank persepsi untuk menampung dana repatriasi, BBNI akan diuntungkan, terutama dari sisi penambahan dana.

"Bank juga membutuhkan pertumbuhan deposito, yang diharapkan momentum tax amnesty ini dapat menjaga pertumbuhan deposito," lanjutnya.

BBNI menargetkan bisa mendapatkan dana repatriasi Rp 30 triliun. Sementara Frederik memprediksi, pendapatan BBNI sampai akhir tahun ini akan tumbuh 14,6% dari tahun 2015.

"Proyeksi itu belum memperhitungkan efek dari tax amnesty yang saat ini belum dapat diukur kepastiannya," lanjutnya.

Syaiful menaikkan rekomendasi BBNI dari hold menjadi buy dengan target harga Rp 6.300 per saham. Pertimbangannya di tahun depan ROE BBNI 15%.

Sementara Stephan menaikkan target harga dari Rp 5.600 menjadi Rp 6.000 dengan rekomendasi buy. Lalu Frederik merekomendasikan beli saham BBNI dengan target harga Rp 5.700. Pada perdagangan Rabu (27/07), harga saham BBNI naik 2,87% ke level Rp 5.375 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie