JAKARTA. Aluminium mendapat ancaman dari potensi kenaikan output global. Produsen aluminium China diprediksi akan kembali menggenjot produksi setelah harga pulih. Mengutip Bloomberg, Kamis (9/6) harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange tergerus 1,6% ke level US$ 1.577 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya. Sementara dalam sepekan terakhir, aluminium menguat 2,4%. Goldman Sachs Group Inc. memprediksi harga aluminium akan melanjutkan pelemahan dalam tiga bulan ke depan lantaran ada resiko kenaikan produksi di China. Smelter aluminium di China kemungkinan akan kembali menggenjot produksi setelah terjadinya rally harga hingga ke level tertinggi sembilan bulan pada bulan pada April lalu. Stimulus ekonomi China telah mendorong permintaan aluminium.
Dalam laporan awal pekan ini Goldman menyatakan jika output aluminium akan naik 4% secara year on year pada semester kedua tahun ini setelah jatuh 1,7% di kuartal pertama. Hal ini dapat membawa harga aluminium turun ke level US$ 1.450 per metrik ton dalam tiga bulan ke depan, US$ 1.400 per metrik ton dalam enam bulan ke depan dan US$ 1.350 dalam satu tahun.