JAKARTA. Pengusaha minyak sawit mentah atau
crude palm oil (CPO) dalam negeri menyambut positif kabar dari Prancis. Parlemen di negara itu baru saja menolak usulan pengenaan pajak ekstra untuk produk kelapa sawit. "Proposal pajak ini akhirnya ditolak," kata Darrel Webber, Sekretaris Jenderal Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO) di Jakarta, Senin (19/11). Pemerintah Prancis belum lama ini mengusulkan untuk menaikkan pajak impor kelapa sawit hingga 300%. Kenaikan pajak impor itu atas desakan masyarakat, pelaku usaha lokal dan kalangan aktivits.Alasannya, produk minyak sawit dinilai tak aman bagi kesehatan sehingga produksinya harus dikurangi. Di parlemen Prancis, sebanyak 186 suara menolak usulan pajak ekstra ini dan sebanyak 155 suara mendukung.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyambut positif keputusan parlemen Prancis. "Tak ada alasan bagi Prancis untuk mengenakan pajak ekstra untuk produk kelapa sawit," kata Direktur Eksekutif Gapki, Fadhil Hasan. Dus, keputusan tersebut diharapkan mampu mendongkrak ekspor kelapa sawit Indonesia ke Eropa. Namun, Sekretaris Jenderal Gapki, Joko Supriyono, mengatakan kalau toh tidak disetujuinya usulan pajak impor kelapa sawit di Prancis tidak langsung mengerek volume ekspor kelapa sawit ke kawasan Eropa, tetapi keputusan itu setidaknya akan mempertahankan pasar ekspor sawit Indonesia di Eropa yang jumlahnya tidak terlalu besar. Dari total ekspor seberat 17,5 juta ton, ekspor ke Uni Eropa hanya 2,5 juta ton. "Pasarnya memang kecil," kata Joko. Apalagi, Prancis bukanlah tujuan utama ekspor CPO Indonesia. Pasar ekspor terbesar CPO Indonesia di Eropa adalah Belanda, Italia, Jerman, Ukraina dan Spanyol. Ada beberapa alasan mengapa pasar ekspor kelapa sawit ke Eropa sulit naik. Pertama, potensi permintaan di Eropa tidak besar. Hal ini karena ada kampanye hitam yang menyudutkan industri kelapa sawit. Alasan lainnya adalah Eropa memiliki minyak nabati sendiri untuk dikonsumsi. Maka itu penetrasi kelapa sawit di Eropa cukup berat. Dengan proyeksi produksi CPO tahun ini mencapai 25,5 juta ton, Indonesia mencatatkan diri sebagai produsen CPO terbesar di dunia. Secara keseluruhan, Indonesia menyumbang 47% dari produksi kelapa sawit dunia. Angka itu melampaui pangsa Malaysia yang sebesar 39%. Produsen kelapa sawit lainnya adalah Nigeria, Thailand, Kolombia, Ekuador, Papua Nugini, Pantai Gading dan Brasil. Pasar ekspor terbesar CPO Indonesia saat ini adalah India, China dan Uni Eropa. Pada 2010, Indonesia mengekspor sekitar 5,8 juta ton CPO ke India. Jumlah ini setara 35% total ekspor CPO Indonesia yang mencapai 15,6 juta ton. Pasar ekspor CPO terbesar lainnya adalah China yaitu 25% atau 3,9 juta ton. Adapun ekspor ke Uni Eropa 2,34 juta ton setara 15%.
Pada tahun lalu, China mengimpor 2,9 juta ton CPO dari Indonesia. Sedangkan India mengimpor sebanyak 5,7 juta ton, kemudian Eropa sebanyak 3,5 juta ton dan Pakistan mengambil jatah impor 4 juta ton. Data tersebut menunjukkan, Eropa bukanlah pangsa pasar terbesar ekspor kelapa sawit Indonesia. Meski demikian, Joko mengatakan ekspor kelapa sawit ke Eropa tetap harus dipertahankan. Sampai September 2012, volume ekspor produk sawit Indonesia mencapai 15,59 juta ton. Volume ekspor ini meliputi
palm kernel sebanyak 3,5 juta ton, CPO 5 juta ton, dan produk kelapa sawit lain mencapai 7,09 juta ton. Pencapaian sembilan bulan di tahun ini meningkat dibanding periode Januari-September 2011, yang mencapai 14,83 juta ton. Gapki memprediksi volume ekspor produk sawit sepanjang 2012 bisa mencapai lebih dari 18 juta ton. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sandy Baskoro