Kenaikan Pendapatan Mungkin Tak Sekencang 2021, Ini Rekomendasi Saham Prodia (PRDA)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permintaan terhadap layanan tes PCR berpotensi meningkat seiring masifnya penyebaran varian Omicron di Indonesia. Tapi, pertumbuhan pendapatan PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) tahun ini berpotensi tidak sebesar tahun lalu. 

Investindo Nusantara Sekuritas memproyeksikan pendapatan PRDA di tahun ini sebesar Rp 2,7 triliun atau hanya tumbuh 10% dibandingkan estimasi pertumbuhan tahun lalu sebesar 30%. Investindo tidak terlalu optimistis pada pertumbuhan tahun ini lantaran diproyeksikan peningkatan kasus Covid-19 tidak akan berlangsung lama sehingga tidak akan mendongkrak pertumbuhan pendapatan yang signifikan seperti tahun lalu.

"Net profit margin PRDA yang sejak tiga kuartal terakhir stabil di sekitar level 25% menjadi dasar kami untuk memperkirakan laba, sehingga kami perkiraan laba tahun ini dapat mencapai sekitar Rp 675 miliar," ungkap Analis Investindo Nusantara Sekuritas, Pandhu Dewantoro.


Dia memaparkan, segmen tes terkait Covid-19 menyumbang hingga 18% dari total pendapatan Prodia per September 2021. Alhasil, hingga kuartal ketiga 2021, PRDA mencatatkan pendapatan sebesar Rp 1,99 triliun atau tumbuh 65% yoy.

Baca Juga: Hingga kuartal III-2021, Prodia Widyahusada (PRDA) baru gunakan capex Rp 80 miliar

PRDA mencatatkan lebih dari 2,6 juta kunjungan pasien atau meningkat 37% secara tahunan. Emiten laboratorium klinik ini mencetak lebih dari 13,7 juta volume pengujian atau naik 48% yoy. Hal itu juga didorong kepemilikan 257 outlet yang tersebar di 34 provinsi seluruh Indonesia.

Menurut Pandhu, prospek PRDA masih terbilang positif dibandingkan kompetitornya lantaran menguasai pangsa pasar 39,5%. "Jika lima perusahaan lab klinik terbesar di Indonesia digabungkan, total market share mereka masih 32,7% atau masih di bawah Prodia," kata dia kepada Kontan.co.id, Rabu (16/2).

Selain itu, rata-rata pertumbuhan pendapatan PRDA dalam tiga tahun terakhir 8,2%, masih unggul dibanding industri yang mencatatkan rata-rata pertumbuhan 7,4%. Kemudian, Prodia juga mengembangkan aplikasi digital bernama Prodia Mobile untuk memperluas pelayanan dengan jumlah sudah mencapai lebih dari 500 ribu unduhan.

"Tingginya kasus Covid-19 akhir-akhir ini tentu dapat menjadi katalis pertumbuhan sepanjang tahun ini," lanjutnya.

Baca Juga: Imbas Omicron, Jumlah Pemeriksaan PCR di Prodia (PRDA) Tembus 1.200 Tes per Hari

Pandhu menilai bahwa area Rp 7.500-Rp 7.750 mungkin bisa menjadi level yang menarik untuk buy on weakness saham PRDA. Namun jika koreksi berlanjut, berpotensi menguji level terendah November tahun lalu di Rp 5.975 per saham. 

Berdasarkan proyeksi laba 2022, saat ini PRDA diperdagangkan pada level forward PE sekitar 10,8x, dengan PBV sekitar 2,9x. Posisi saat ini di bawah rata-rata PE 3 tahun terakhir sekitar 16x sehingga relatif murah jika melihat posisi PRDA sebagai market leader dengan tingkat pertumbuhan yang lebih kuat dibanding industri.

"Kami menargetkan PRDA dapat menguat kembali mencapai level Rp 9.300, mencerminkan PE 13x untuk 12 bulan ke depan berdasarkan asumsi peningkatan kasus Covid-19 ini tidak akan berlangsung lama sehingga pertumbuhan terbatas," kata Pandu.

Baca Juga: Kasus Covid-19 15 Februari 2022 Tertinggi, Cek Gejala Omicron yang Sering Diabaikan

Equity Analyst MNC Sekuritas, Muhammad Rudy Setiawan memandang secara umum untuk lab klinik akan diuntungkan dari anggaran kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah. Pemerintah mengalokasikan Rp 255,3 triliun anggaran kesehatan, setara dengan 9,4% dari total pengeluaran pemerintah sebesar Rp 2,708,7 triliun di 2022.

"Pengeluaran pemerintah untuk anggaran kesehatan terus tumbuh sebesar 22,59%, CAGR 2017-2022, menunjukkan permintaan yang lebih tinggi untuk layanan dan produk kesehatan, yang akan menguntungkan farmasi, rumah sakit, laboratorium klinis, dan pelaku medis," paparnya.

Disisi lain, kurangnya tenaga profesional dan kurangnya perawatan medis di daerah pedesaan, mendorong penyedia telemedicine yang menerapkan layanan jarak jauh untuk tugas-tugas klinis berisiko rendah dan bervolume tinggi seperti konsultasi dokter umum untuk penyakit ringan dan isi ulang resep. Pihaknya memperkirakan kemungkinan M&A antara pemain rumah sakit dan penyedia aplikasi kesehatan yang menawarkan berbagai layanan, rantai pasokan, dan ekosistem terintegrasi ke depan.

"Telemedicine juga akan menguntungkan laboratorium kesehatan yaitu PRDA," sebutnya. Oleh sebab itu, dia juga merekomendasikan buy saham PRDA dengan target harga Rp 10.000 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati