Kenaikan Penjualan Ekspor Menopang Kinerja Bukit Asam (PTBA)



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatat kenaikan penjualan ekspor di sepanjang sembilan bulan pertama 2023. Sepanjang periode ini, PTBA menjual 11,2 juta ton batubara ke pasar ekspor atau naik 24,4% dibanding periode sama tahun lalu.

Hingga kuartal III 2023, PTBA menjual 27,0 juta ton batubara secara total. Ini berarti, porsi penjualan ekspor PTBA mencapai 42% dari total penjualan batubara.

Farida Thamrin, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Bukit Asam menyebut, porsi ekspor ini meningkat dari realisasi ekspor tahun lalu yakni di angka 38% dari total penjualan.


“Dengan catatan bahwa negara-negara pembeli semakin beragam. Saat ini didominasi India dengan tahun sebelumnya China, akan tetapi permintaan negara Asia lain berhasil meningkat,” terang Farida, Senin (27/11).

Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) Akan Gunakan Teknologi Penangkapan Karbon (CCS) di PLTU pada 2060

Secara rinci, penjualan ekspor ke India mencapai 14% dari total volume penjualan PTBA. Disusul penjualan ke Korea Selatan sebesar 8%, China sebesar 7%, dan Kamboja sebesar 3%. Sisanya yakni sebanyak 10% dijual ke sejumlah negara seperti Taiwan, Thailand, Vietnam, Malaysia, hingga Filipina.

Dus, porsi ekspor yang tinggi mampu menopang pendapatan PTBA. Sebab, per kuartal III-202 harga batubara Index Newcastle berada di level US$ 185 per ton, sedangkan harga batubara Indonesian Coal Index (ICI) 3 berada di level US$ 86 per ton.

Ini membuat pendapatan PTBA relatif stabil secara kuartalan. PTBA membukukan pendapatan senilai Rp 8,9 triliun di kuartal III-2023, relatif sama dengan pendapatan di kuartal III-2022 yakni Rp 8,9 triliun.

Dus, pendapatan PTBA sepanjang Sembilan bulan pertama 2023 hanya terkoreksi 11% secara year-on-year (yoy) menjadi Rp 27,7 triliun.

Dihubungi secara terpisah, Sekretaris Perusahaan Bukit Asam Niko Chandra menyebut, PTBA akan mengoptimalkan potensi pasar di dalam negeri serta peluang ekspor ke sejumlah negara yang memiliki prospek pertumbuhan bagus, di antaranya ke negara-negara Asia.

“Hal ini terlihat hingga September 2023, Perusahaan telah berhasil memperluas pangsa pasar dengan melakukan ekspor ke Vietnam dan Bangladesh, serta menjaga pasar eksisting.,” kata Niko saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (27/11).

Di sisi lain, Niko berharap Mitra Instansi Pengelola (MIP) akan segera terealisasi. Pembentukan MIP dapat memberikan dampak positif bagi kinerja keuangan PTBA yang mayoritas penjualannya ditujukan untuk pasar domestik.

Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan menilai kinerja ekspor PTBA masih akan solid ke depan. Hal ini didukung oleh peningkatan permintaan dari India dan China seiring peningkatan kebutuhan listrik serta adanya dua negara tujuan ekspor baru, yakni Vietnam dan Bangladesh.

Felix juga memandang positif operasional pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Sumsel-8. PLTU ini menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan volume penjualan batubara PTBA sekitar 5 juta ton per tahun, serta berpotensi menambah tambahan pendapatan dari bisnis kelistrikan.

Baca Juga: Pilah Pilih Saham Emiten BUMN Jelang Window Dressing

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan memperkirakan harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) PTBA hanya akan berada di rentang Rp 975.000 per ton sampai Rp 1 juta per ton untuk tahun ini. Estimasi tersebut berkaca pada faktor dinamika harga batubara global dan domestik saat ini.

“Kami memperkirakan volume penjualan PTBA akan berkisar 38 juta ton, dengan rasio penjualan ekspor terhadap domestik sebesar 4:6,” kata Rizkia. Mirae Asset menyematkan rekomendasi hold terhadap saham PTBA dengan target harga saham yang lebih rendah, yakni menjadi Rp 2.250 per saham dari sebelumnya Rp 2.875.

Menurut Rizkia, potensi upside kinerja PTBA dalam waktu dekat bergantung pada skema mitra instansi pengelola batubara nasional, yang diperkirakan akan dimulai pada akhir tahun 2023 atau awal tahun 2024.

Senada, Felix juga merekomendasikan hold saham PTBA dengan target harga yang lebih rendah yakni menjadi Rp 2.700 per saham  dari sebelumnya Rp3.100. “Penurunan target harga ini disebabkan oleh rendahnya harga batubara global serta cash cost yang masih relatif tinggi,” kata Felix.

Berkaca pada kinerja yang kurang memuaskan, Panin Sekuritas merevisi laba bersih PTBA di tahun ini menjadi Rp 5,3 triliun, turun 18,4% dari estimasi sebelumnya. Namun, prospek PTBA bisa tertolong oleh implementasi MIP dan penerapan harga batubara acuan (HBA) formula baru yang dapat menekan biaya royalti. 

 
PTBA Chart by TradingView

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat