JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mencatat kinerja yang menggembirakan pada paro pertama 2010. Laba bersihnya meroket 238%, yaknidari Rp 223,76 miliar menjadi Rp 756,30 miliar. "Kenaikan laba bersih disebabkan meningkatnya penjualan feronikel dan bijih nikel," kata Alwinsyah Lubis, Direktur Utama ANTM. Penjualan nikel dan feronikel meningkat 80% menjadi Rp 2,9 triliun. ANTM juga berhasil menekan beban pokok penjualannya sebesar 26,52%, yakni dari sebelumnya Rp 3,58 triliun menjadi Rp 2,90 triliun.
Untuk menggenjot pendapatan di masa depan, ANTM telah memulai operasi tambang nikel di Tapunopaka, Sulawesi Tenggara. Analis Sucorinvest Central Gani Frederick Daniel Tanggela mengatakan, saat ini ANTM memang lebih menarik ketimbang dulu, saat kinerjanya hanya identik dengan penjualan emas dan fluktuasi harga logam mulia ini. "Pada semester satu, nikel dan feronikel menjadi kontributor terbesar terhadap pendapatan atau sebesar 68%. Padahal periode tahun lalu hanya 37%," ungkap Frederick. Dengan demikian, otomatis kinerja ANTM juga sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga nikel. Beberapa hari terakhir, harga nikel cenderung menguat. Kemarin (15/9), harga komoditas ini US$ 23.350 per ton, naik 5,4% dibanding sehari sebelumnya. "Dengan tren kenaikan harga ini, maka pencapaian semester II akan lebih baik," ramal Frederick. Namun, dia mengingatkan, selain fluktuasi harga nikel, ANTM masih menyimpan risiko lainnya. Yakni, perusahaan ini masih mengoperasikan pembangkit listrik dengan diesel. Akibatnya, perusahaan pelat merah ini memikul risiko kenaikan harga bahan bakar minyak. "Jadi peluang kenaikan harga nikel akan terdiskon apabila harga minyak melambung,” ujarnya. Rekomendasi bervariasi Wakil Kepala Riset NISP Securities Bagus Hananto mengaku terkejut dengan hasil penjualan nikel ANTM di semester I-2010 lalu yang melampaui ekspektasinya. Tapi, ia menduga, pada semester II ini, rata-rata harga nikel akan cenderung datar. Sebab, ada penambahan pasokan global. Sementara Analis Kim Eng Securities Lucky Ariesandi menyatakan, kinerja ANTM masih akan ditentukan oleh sejumlah proyek hilir yang sedang mereka garap. Proyek tersebut adalah Chemical Grade Alumina Tayan, Smelter Grade Alumina Mempawah, PLTU Pomala, dan Feronikel Halmahera. "Tanpa proyek downstream, ANTM sulit meningkatkan cadangan tambangnya," katanya. Berdasarkan faktor yang ada, Frederick merevisi target pendapatan ANTM 2010, dari Rp 8,2 triliun menjadi Rp 9 triliun. Sedangkan target laba ANTM dia naikkan dari Rp 1,3 triliun menjadi Rp 1,4 triliun.
Karena itu, Frederick berniat menaikkan target harga saham ANTM dari Rp 1.950 per saham. "Tetapi rekomendasi saya tetap jual. Harga ANTM sudah terlalu mahal," ujarnya. Menurut hitungan Bagus, pendapatan ANTM tahun ini akan mencapai Rp 8,9 triliun, dengan laba bersih Rp 1,4 triliun. Tahun lalu, pendapatan ANTM Rp 8,7 triliun dengan laba bersih Rp 604 miliar. Dengan target harga Rp 2.950 per saham, ia masih merekomendasikan beli. Sedang Lucky menyarankan tahan, dengan target harga Rp 2.050 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie