KONTAN.CO.ID - YOGYAKARTA. Bank Indonesia (BI) memutuskan meningkatkan rasio intermediasi makroprudensial (RIM) dari 80%-92% menjadi 84%-92%. Dengan kebijakan baru ini, perbankan bisa menyalurkan kredit mencapai 94%. Kebijakan BI ini sebagai bagian strategi mendorong pertumbuhan ekonomi. BI melihat perlambatan pertumbuhan ekonomi global menyebabkan kinerja ekspor dan impor Indonesia jadi terdampak. Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia IGP Wira Kusuma mengatakan, kondisi tersebut tersebut bisa membuat ekspor Indonesia bisa melambat. Sehingga pelebaran defisit transaksi berjalan alias current account deficit (CAD) menjadi tantangan utama saat ini. "Maka pertumbuhan ekonomi kita mengandalkan permintaan domestik yaitu konsumsi dan investasi," jelas Wira saat memberi materi kepada para wartawan di Hotel JW Marriot Yogyakarta, Sabtu (23/3).
Kenaikan rasio intermediasi jadi upaya BI mendorong pertumbuhan ekonomi
KONTAN.CO.ID - YOGYAKARTA. Bank Indonesia (BI) memutuskan meningkatkan rasio intermediasi makroprudensial (RIM) dari 80%-92% menjadi 84%-92%. Dengan kebijakan baru ini, perbankan bisa menyalurkan kredit mencapai 94%. Kebijakan BI ini sebagai bagian strategi mendorong pertumbuhan ekonomi. BI melihat perlambatan pertumbuhan ekonomi global menyebabkan kinerja ekspor dan impor Indonesia jadi terdampak. Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia IGP Wira Kusuma mengatakan, kondisi tersebut tersebut bisa membuat ekspor Indonesia bisa melambat. Sehingga pelebaran defisit transaksi berjalan alias current account deficit (CAD) menjadi tantangan utama saat ini. "Maka pertumbuhan ekonomi kita mengandalkan permintaan domestik yaitu konsumsi dan investasi," jelas Wira saat memberi materi kepada para wartawan di Hotel JW Marriot Yogyakarta, Sabtu (23/3).