KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia akan mendapat banyak keuntungan dari keputusan lembaga pemeringkat utang, Moody's. Salah satu keuntungan itu adalah biaya pengelolaan obligasi negara bakal semakin murah. Selain itu, dana asing juga akan semakin deras masuk ke pasar dalam negeri. Akhir pekan lalu, Moody's menaikkan peringkat
sovereign credit rating (SCR) Indonesia dari Baa3/Outlook Positif menjadi Baa2/Outlook Stabil. Kenaikan peringkat utang semakin menegaskan bahwa Indonesia semakin layak menjadi tujuan investasi bagi para investor asing. Sebelumnya, lembaga rating lain sudah menyematkan
investment grade atas surat utang Indonesia. Namun, kabar dari Moodys ini merupakan yang pertama kali dalam sejarah Indonesia pasca krisis moneter 1998, surat utang Indonesia berada satu level di atas
investment grade. Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menyatakan, kenaikan rating utang dari Moody's ini sudah sesuai harapan. Tahun lalu (19 Mei 2017), Standard & Poor's (S&P) menaikan rating utang Indonesia dari non-investment grade (BB+) menjadi investment grade (BBB-). "Itu titik awal paling signifikan. Biasanya tak lama dari S&P, Moodys akan menyusul," kata David kepada KONTAN, akhir pekan lalu (14/4). David optimistis, kenaikan rating utang akan menarik aliran modal asing ke dalam negeri. Ini akan menjadi stimulus positif bagi nilai tukar rupiah. Ujungnya, ekonomi bisa membaik dan bisa me lepas dari tekanan keluarnya dana asing dari pasar dalam negeri. "Tak hanya investasi dari portofolio, dana asing diharapkan juga masuk melalui investasi langsung atau
foreign direct investment (FDI)," kata David. Untuk menjadi FDI, pemerintah harus bergerak cepat. Pemerintah harus menyiapkan proyek-proyek menarik yang bisa digarap oleh investor dan menetapkan kebijakan pendukungnya. "Pemerintah harus memanfaatkan momentum ini agar lebih mudah mengejar proyek infrastruktur," tambah David. Bunga turun Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistyaningsih menambahkan, penegasan di investment grade juga akan menekan biaya utang Indonesia. Sebab, risiko Indonesia dinilai semakin rendah. Hitung punya hitung, kenaikan rating ini dapat menurunkan biaya bunga minimal 0,25%. Yang terang, beberapa tahun terakhir, biaya bunga surat utang negara (SUN) kian ringan. Salah satu faktor penurun bunga utang itu adalah kenaikan rating utang dari lembaga pemeringkat. Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemkeu) mencatat, yield SUN acuan tenor 10 tahun pada 6 April 2018 hanya 6,59%. Bunga tersebut jauh lebih murah dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 8,41%. Menurut Lana, penurunan bunga utang juga akan dirasakan oleh perusahaan swasta. Imbal hasil obligasi korporasi juga akan semakin mengecil. "Emiten tidak lagi harus membayar imbal hasil yang tinggi karena ada penekanan tingkat risiko berinvestasi," jelas Lana.
Ekonom Bank Mandiri Tbk Andry Asmoro sependapat, biaya utang akan semakin berkurang pasca kenaikan
rating. Tak hanya itu, likuiditas di pasar diyakini juga akan meningkat. Hal ini akan menguntungkan perusahaan, semakin mudah mencari pendanaan untuk ekspansi. Menurut Andry, sektor swasta yang dapat merasakan keuntungan dalam jangka pendek adalah
multifinance dan perbankan. "Dua sektor itu akan lebih mudah dan murah saat meminjam valuta asing, dengan begitu penyaluran kredit juga bisa membesar," jelas Andry. Semoga saja, rating dari Moody's jadi obat perekonomian nasional. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi