Kenaikan Suku Bunga Acuan BI Diharapkan Bisa Meredam Kekhawatiran Inflasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) telah mengerek suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps). Langkah ini diambil oleh BI untuk memitigasi risiko peningkatan inflasi inti dan ekspektasi inflasi akibat kenaikan berbagai kelompok harga. 

Selain itu, suku bunga acuan yang kini bergerak di level 3,75% juga ditujukan untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya, di tengah kondisi ketidakpastian global. 

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual memandang tepat langkah BI tersebut. Menurutnya, dalam jangka pendek memang kebijakan peningkatan suku bunga bisa menahan agar inflasi tidak liar seperti yang terjadi di negara-negara maju, layaknya Amerika Serikat (AS). 


“Harapannya inflasi tidak liar, di tengah ketidakpastian global dan juga peningkatan berbagai harga di dalam negeri. Jadi, memang harapannya berhasil menjangkar ekspektasi inflasi dalam jangka pendek ini,” tutur David kepada Kontan.co.id, Jumat (26/8). 

Baca Juga: Bocoran Besaran Kenaikan Harga BBM Subsidi Sebesar 30%-40%

Selain memang untuk menjangkar inflasi, David juga melihat peningkatan suku bunga kebijakan ini akan dirasakan oleh sektor riil. Namun, menimbang efek peningkatan suku bunga ada jeda waktu, maka dampaknya baru akan terasa pada sekitar empat bulan lagi. 

“Mulai akhir tahun ini nanti akan ada dampaknya ke sektor riil. Biasanya sekitar 4 bulan ke depan baru akan ada dampaknya, seperti akan ada satu dua bank yang likuiditasnya ketat akan menaikkan suku bunga deposit,” tambah David. 

Berkaitan dengan ini, David pun mengingatkan, pada waktunya suku bunga kredit akan naik mengikuti pergerakan suku bunga acuan. Ini kemudian berpotensi akan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi secara jangka panjang. 

Menurutnya, bisa saja pertumbuhan kredit akan menurun di saat suku bunga sudah mulai merangkak tinggi. Namun, ia yakin bahwa kebijakan suku bunga BI ke depan akan terukur sehingga tidak akan ada dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. 

“Jadi baiknya memang dinaikkan secara gradual. Bila memang inflasi masih tinggi, naik lagi sedikit-sedikit. Jangan seperti negara lain yang langsung menaikkan suku bunga acuan secara signifikan, karena itu akan mengganggu pertumbuhan,” tambahnya. 

Baca Juga: Kata Menteri ESDM Soal Pengumuman Kenaikan Harga BBM Pertalite dan Solar

Ke depan, David memperkirakan suku bunga acuan bisa naik sekitar 100 bps hingga 150 bps hingga akhir tahun 2022, tergantung dari seberapa besar dan kapan peningkatan BBM Pertalite oleh pemerintah. 

Selain itu, arah kebijakan suku bunga BI ke depan juga akan bergantung dengan kebijakan dari The Fed. Sejauh ini, ekspektasi suku bunga The Fed bisa naik sebesar 100 bps hingga akhir tahun. 

Sejauh ini, momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia masih baik. Dengan langkah yang diambil pemerintah dan BI dalam menjangkar inflasi, diharapkan mampu menjaga pertumbuhan ekonomi tahun 2022 untuk tumbuh minimal 5,2% secara tahunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi