Kenaikan Suku Bunga Acuan Hambat Pertumbuhan Aset Kripto



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Performa market kripto di pekan lalu terlihat sideways atau datar yang menandakan investor kurang bergairah. Kenaikan suku bunga acuan The Fed masih menjadi hambatan pertumbuhan industri kripto.

Trader Tokocrypto Afid Sugiono mengatakan, volatilitas market kripto akibat besarnya sentimen dari ketidakpastian makroekonomi global. Namun, sejumlah investor yang menjadi kaum bullish mulai masuk untuk akumulasi sehingga sedikit mengerakkan market naik. 

Investor menganggap penurunan harga kripto, pasca The Fed menaikkan suku bunga acuannya Kamis (3/11) dinihari lalu, menjadi peluang. 


Keseluruhan ekonomi global sedang terkena badai setelah Departemen Tenaga Kerja AS mengumumkan penurunan kecil dalam klaim pengangguran. Kemudian, Bank of England meningkatkan suku bunga dengan ukuran jumbo 75 basis poin, sesuai dengan kenaikan AS baru-baru ini. 

Baca Juga: Nilai Transaksi Aset Kripto Anjlok, Ini Penjelasan Bappebti

"Dua peristiwa itu membuat investor kurang bergairah untuk masuk ke market kripto," kata Afid dalam siaran pers, Selasa (8/11).

Kendati demikian, banyak analis menyakini November bisa menjadi bulan yang baik untuk market aset kripto. Indikator hal ini terbukti dengan kembalinya market cap kripto global di titik US$ 1 triliun. Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH) pun sempat mencatatkan kenaikan dalam grafik harian di akhir Oktober dan awal November.

"Volume perdagangan saat ini sedikit membaik dan terjadi short liquidation. Meski demikian, kenaikan dan sentimen bullish ini masih terbatas. Aksi harga Bitcoin dan Ethereum masih belum sepenuhnya pulih dan kembali masuk ke dalam fase konsolidasi. Kondisi tersebut diikuti oleh sebagian besar aset di pasar kripto," jelas Afid.

Perlu diketahui, hampir satu tahun harga Bitcoin sudah turun 70% dari rekor tertinggi sepanjang masanya (ATH), yaitu US$ 69.000, yang tercapai pada bulan November 2021 lalu. Peristiwa langka itu diprediksi akan sulit tercapai dalam waktu dekat.

Afid menuturkan, baru-baru ini, Bitcoin memang terlihat mengalami kenaikan 8% dalam rentang waktu mingguan. Namun, kondisi itu membuat aksi harga Bitcoin terbebas dari rangebound momentum yang telah mengungkung pergerakannya selama hampir satu bulan. 

Baca Juga: Ketidakpastian Ekonomi Terus Menekan Industri Kripto

Untuk BTC mencapai kenaikan harga di bulan ini cukup sulit, terlebih tembus US$ 30.000 dan masih bergerak sempit di rentang US$ 20.000-US$ 23.000.

Menurut laporan Matrixport, harga BTC diprediksi dapat memulai relinya dan mencapai US$ 63.000 pada Maret 2024, ketika Bitcoin akan menjalani halving. Proyeksinya BTC dapat mengulangi aksi harga bullish yang terlihat saat menjelang halving di Juli 2016 dan April 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .