Kenaikan Suku Bunga BI Tak Akan Menekan Penyaluran Kredit Tahun 2023



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperkirakan kenaikan suku bunga acuan sebesar 1,25% ke level 4,75% yang sudah dilakukan secara bertahap sejak Agustus 2022 tidak akan mengganggu ekspansi kredit perbankan tahun depan. Bahkan, kredit diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi tahun depan dibandingkan dengan tahun ini. 

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pihaknya memperkirakan kredit bisa tumbuh sekitar 10%-12% pada 2023. Sedangkan tahun ini, kredit perbankan nasional ditargetkan hanya tumbuh sekitar 9%-11%. Menurutnya, pertumbuhan itu akan didukung oleh faktor pemintaaan dunia usaha yang masih kuat dan juga dari sisi supplai perbankan. 

Dari sisi suplai perbankan, likuiditas di perbankan dinilai masih yang masih longgar sehingga perbankan masih bisa menahan diri untuk tidak terburu-buru menaikkan bunga kredit. 


Baca Juga: Ramal Kredit Naik 10%-12% pada 2023, Ini Kebijakan Makroprudensial BI bagi Perbankan

"Alat likuid/DPK masih di atas 27,35%. Sehingga dampak kenaikan suku bunga BI akan lebih lama karena likuiditas masih sangat longgar. Bank tidak perlu buru-buru menaikkan bunga kredit. Ini masih jadi faktor positif dalam menyalurkan kredit," kata Perry dalam konferensi pers KKKS, Kamis (3/11).

Selain itu, supplai perbankan juga didukung adanya insentif dari Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam memacu penyaluran kredit diantaranya kebijakan loan to value (ltv) 100% yang membuat uang muka kredit properti dan kendaraan bisa 0%, insentif kewajiban giro minimum (GWM) 1,5% hingga 2% untuk penyaluran kredit ke 42 sektor prioritas termasuk UMKM. 

Perry mengatakan, standar penyaluran kredit perbankan masih positif sehingga menjadi faktor pendorong supplai perbankan.  "Berdasarkan survei BI menunjukkan risk appetite, keinginan, dan lending standar perbankan dalam menyalurkan kredit masih positif. Sedangkan dari sisi demand, ekonomi, konsumsi, investasi masih tumbuh begitupun,” katanya.

Sementara dari sisi faktor permintaan kredit diperkirakan masih tumbuh. Itu ditandai dengan tumbuhnya tingkat konsumssi, investasi dan juga ekspor. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi