KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Analis memperkirakan kinerja emiten properti akan tertahan di tahun depan. Ini seiring keputusan Bank Indonesia (BI) mengerek BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi level 5,5% pada Desember 2022. Analis Henan Putihrai Jono Syafei mengatakan, kenaikan suku bunga acuan menjadi sentimen kurang baik bagi emiten properti. Sebab, mayoritas masyarakat membeli properti dengan cara KPR. "Dampak dari kenaikan suku bunga ini mungkin baru bisa terlihat dari
marketing sales semester I 2023," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (23/12).
Untuk tahun depan, Jono memperkirakan pertumbuhan kinerja para emiten properti akan tumbuh flat lantaran
high-base effect yang terjadi di tahun ini. Namun setelah itu, pihaknya optimis kinerja emiten properti akan bertumbuh meskipun pertumbuhannya tidak akan setinggi tahun 2021-2022 karena adanya
high base effect tersebut.
Baca Juga: Summarecon Agung (SMRA) Fokus Pengembangan Rumah Tapak dan Komersial di 2023 Dengan sentimen tersebut, Jono memprediksi beberapa emiten yang mampu bertahan dari tekanan sentimen suku bunga adalah
PWON,
SMRA dan
CTRA. "Emiten-emiten tersebut memiliki neraca keuangan yang sehat dan memiliki sumber pendapatan berulang yang dapat menopang kinerja apabila penjualan real
estate menurun," katanya.
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menambahkan, dengan kenaikan suku bunga maka ia berpandangan prospek properti kurang positif. Bahkan, ia memperkirakan kinerja
marketing sales emiten properti di tahun depan berpotensi turun. "Kenaikan suku bunga akan mempersulit
marketing sales untuk penjualan properti dan ini akan berdampak negatif juga untuk pendapatan emiten properti," sebutnya.
Baca Juga: Digentayangi Sentimen Negatif, Simak Rekomendasi Saham Properti Berikut Ini Lanjutnya, potensi penurunan kinerja properti juga bisa lebih besar dibandingkan pertumbuhannya. Sebab, bank yang kerjasama dengan emiten properti akan meningkatkan suku bunga pinjamannya lebih lanjut juga. Dengan demikian, Arjun berpandangan bahwa emiten dengan fundamental yang kuat dan memiliki pendapatan berulang yang konsisten dinilai tidak akan mengalami kerugian separah emiten yang porsi pendapatan berulangnya kecil. Untuk jangka pendek, ia merekomendasikan
trading saham PWON dengan target harga Rp 464 dan
support di Rp 430 per saham. Sementara Jono masih merekomendasikan CTRA dengan target harga Rp 1.350 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli