KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dengan adanya kenaikan suku bunga, juga menguatnya dolar AS menyebabkan terjadinya tren penurunan pada imbal
unitlink secara bulanan pada September 2022. Berdasarkan catatan Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), pendapatan premi dari produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi (PAYDI atau
unitlink) secara industri masih terkoreksi 11,7% secara tahunan per semester I/2022. Hal ini juga terlihat dari data Infovesta Utama, imbal hasil yang diberikan oleh produk
unitlink berbasis saham pada bulan September 2022 tercatat turun sekitar 3,11% secara bulanan. Sejalan dengan itu, produk
unitlink dengan basis campuran juga turun sekitar 1,58% secara bulanan. Jika dilihat sejak awal tahun, imbal hasilnya justru lebih baik karena sudah di area positif 0,42%.
Unitlink pendapatan tetap juga tercatat mengalami penurunan sekitar 1,48% secara bulanan dan juga masih di area negatif 0,78% kalau berdasarkan data sejak awal tahun. Sementara pasar uang juga tercatat menurun tipis 0,25%.
Baca Juga: Asuransi Simas Jiwa Genjot Distribusi DPLK Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana bilang, kenaikan suku bunga The Fed dan BI yang menaikkan suku bunga lebih tinggi dari ekspektasi, juga dari sisi dolar yang menguat dengan rupiahnya melemah menjadi salah satu sentimen negatif penurunan kinerja
unitlink secara bulanan. "Dan ekspektasinya BI juga akan menaikkan suku bunga sekali lagi di tahun ini apalagi kalau di bulan depan The Fed naikkan suku bunga lagi, ini yang masih menjadi potensi dari para investor dan sebagian melakukan
profit taking di pasar modal. Walaupun begitu,
unitlink sendiri terpengaruh akan hal itu, dan memang di
unitlink tidak semudah itu untuk
switching atau
trading tetapi secara kinerja dari aset dasarnya terpengaruh," kata Wawan kepada kontan.co.id, Minggu (9/10). Selain itu, kenaikan harga BBM juga menurutnya menjadi mimpi buruk. Oleh karena itu, Wawan menilai perlunya mencermati seberapa dalam dampak dari kenaikan harga BBM ini. Mengingat inflasi juga menuju level 6% karena dampak dari kebijakan itu, maka Wawan menilai bukan tidak mungkin ada koreksi sampai akhir tahun nanti. Menurutnya, hingga akhir tahun produk pasar uang masih tetap positif, sementara untuk pendapatan tetap memang saat ini negatif tetapi harapannya bisa naik tipis mungkin 1%. "Sementara untuk saham tergantung pada kinerja IHSG itu sendiri, tetapi kalau IHSG kembali ke 7.400-7.500 saya rasa unit link saham juga bisa positif. Untuk tahun ini yang masih positif dari pasar uang karena sahamnya masih naik turun," tambahnya. Wawan juga mengingatkan bahwa dengan adanya kondisi produk
unitlink saham memberikan imbal hasil yang menjanjikan, bukan berarti tidak perlu adanya diversifikasi atas portofolio yang dimiliki. Setali tiga uang, Direktur Keuangan BNI Life Eben Eser Nainggolan juga mengatakan, pendapatan premi
unitlink BNI Life per September 2022 mencapai lebih dari Rp 1 triliun dengan kontribusi lebih dari 26% terhadap total pendapatan premi. Dengan rata-rata
yield sekitar 5,2%.
Baca Juga: Asabri Terapkan Prinsip Kehati-hatian dalam Mengelola Portofolio Investasi "Tetapi jika dibandingkan dengan tahun lalu (YoY) mengalami penurunan sekitar 12%. Penurunan terjadi karena kondisi
market yang masih
recovery pasca pandemi," kata Eben. Eben bilang, saat ini produk
unitlink andalan BNI Life adalah Unitlink Dana Aktif dengan rata-rata
return 1 tahun sekitar 16%. Dengan mayoritas aset
unitlink masih pada saham dengan sektor keuangan dan infrastruktur yang mendominasi. Dalam menjaga penjualan
unitlink, BNI Life selalu melakukan analisa kondisi
market untuk mencari momentum dalam melakukan
trading serta menyesuaikan kembali strategi di setiap perubahan yang terjadi. Menurut Eben, dengan analisa yang lebih komperhensif, akan membantu pemilihan aset alokasi yang lebih tepat untuk mengejar
yield. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi