KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas spot di awal Agustus mengalami penurunan. Berdasarkan data
Bloomberg, harga emas pada Jumat (4/8) di level US$ 1.967 per ons troi atau turun dari akhir Juli 2023 di US$ 2.009 per ons troi. Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, pada awal Agustus pasar mengalami mode
risk-off karena sejumlah penguatan data ekonomi Amerika mendorong sebagian besar beralih ke dolar Amerika Serikat (AS). Di samping itu, kenaikan imbal hasil yang disebabkan oleh penurunan rating kredit AS dari AAA menjadi AA+ mengurangi minat untuk membeli obligasi. Alhasil membuat
yield obligasi melonjak.
Meski begitu, dia menilai emas pulih dari posisi terendah tiga minggu dan bergerak lebih tinggi. Hal ini terjadi setelah imbal hasil dolar dan US Treasury jatuh pada peningkatan yang lebih kecil dari perkiraan pada
nonfarm payrolls AS Juli.
Baca Juga: Harga Emas Antam Hari Ini Tetap di Level Rp 1.074.000 Per Gram, Minggu (6/8) "Logam memperpanjang kenaikan mereka setelah Presiden Fed Atlanta Bostic mengatakan tidak perlu bagi Fed untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk mengurangi inflasi," ujar Sutopo kepada Kontan.co.id, Sabtu (5/8). Di sisi lain, the Fed diproyeksikan tidak akan meningkatkan suku bunga. Meski begitu, Sutopo menilai jeda suku bunga tidak lantas membuat emas menguat karena parameter perubahan emas tidak selalu berkaitan dengan suku bunga. Menurutnya, inflasi yang lebih jinak menciptakan kestabilan dan sentimen negatif berkurang. Sehingga pergerakan emas selanjutnya kemungkinan lebih smooth lantaran event penting sebagian telah terlewatkan. "Pasar kini mencari petunjuk laporan CPI AS pada hari Kamis pekan depan dan data ini akan menjadi katalis bagi emas spot, apakah Fed akan jeda atau melanjutkan," kata dia. Pengamat komoditas dan mata uang Lukman Leong sepakat bahwa pertanyaannya adalah seberapa lama the Fed akan mempertahankannya. Menurut Lukman, walau emas sudah tidak terlalu tertekan, tetapi tingkat suku bunga yang tinggi ini masih akan menahan kenaikan harga emas untuk saat ini. "Minggu ini data inflasi AS diperkirakan akan naik untuk pertama kalinya sejak lebih dari setahun menurun, apabila inflasi benar mengalami kenaikan maka harga emas akan kembali tertekan," jelasnya.
Baca Juga: Apa Bisnis Terburuk Saat Inflasi? Ini Penjelasan Warren Buffett Oleh sebab itu, katalis utama dari pergerakan emas spot masih tetap dari tetap permintaan bank sentral, tingkat suku bunga, perlambatan ekonomi global dan perang Ukraina yang berkelanjutan. Ia pun memperkirakan target harganya di akhir tahun berkisar US$ 2.000 per ons troi-US$ 2.050 per ons troi.
Dia juga menambahkan, walau harga emas diperkirakan masih akan trending lebih tinggi, tetapi dalam beberapa bulan ke depan harga emas diperkirakan masih akan
range bound di bawah US$ 2.000. Sehingga untuk investor yang ingin masuk bisa menunggu koreksi harga emas di US$ 1.850 dan US$ 1.900. "Harga emas diperkirakan baru akan mulai
rally di akhir 2033 atau paling lambat awal 2024, saat itu investor sudah bersiap untuk siklus pemangkasan suku bunga the Fed yang diperkirakan akan terjadi di kisaran Maret atau April 2024," papar dia. Adapun Sutopo memperkirakan juga harga emas akan berada di bawah ambang batas US$ 2.000 per ons troi dengan kemungkinan turun hingga US$ 1.825 per ons troi sebelum kembali ke US$ 1.900 per ons troi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati