KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Melihat krisis Turki dan ambruknya nilai mata uang Turki, Bank Indonesia kembali menaikkan suku bunga acuannya. Kenaikan suku bunga acuan keempat kalinya tahun ini dilakukan untuk meredam pelemahan rupiah dan gejolak pasar. Tentu saja kenaikan ini membawa dampak. Apa yang bisa dilakukan investor? Berikut ini analisis IHSG dari Rudiyanto Direktur Panin Asset Management. Bagaimana Anda melihat kondisi pasar terakhir ini? Untuk kondisi tahun 2018, memang kita melihat IHSG mengalami penurunan, harga obligasi juga mengalami penurunan. Nah kalau harga obligasi turun karena suku bunga dinaikkan. Kalau IHSG turun itu karena gonjang-ganjing dari perang dagang, kemudian informasi dari current account deficit, kemudian begitu juga pelemahan rupiah. Kalau dilihat-lihat memang pelemahan rupiah ini yang menjadi penyebab utamanya, karena kalau misalkan rupiah masih terus melemah atau sulit untuk menguat kembali, ada kemungkinan BI akan menaikkan tingkat suku bunga kembali. Nah kalau suku bunga sudah dinaikkan otomatis harga obligasi akan sulit naik padahal saat ini valuasinya sudah murah, cuma karena orang khawatir suku bunganya dinaikkan lagi dinaikkan lagi, harga obligasi akan tertahan. Dari sisi saham, saya melihatnya valuasi Indonesia itu sudah murah.
Kenaikan suku bunga sudah tepat untuk memulihkan kepercayaan pasar
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Melihat krisis Turki dan ambruknya nilai mata uang Turki, Bank Indonesia kembali menaikkan suku bunga acuannya. Kenaikan suku bunga acuan keempat kalinya tahun ini dilakukan untuk meredam pelemahan rupiah dan gejolak pasar. Tentu saja kenaikan ini membawa dampak. Apa yang bisa dilakukan investor? Berikut ini analisis IHSG dari Rudiyanto Direktur Panin Asset Management. Bagaimana Anda melihat kondisi pasar terakhir ini? Untuk kondisi tahun 2018, memang kita melihat IHSG mengalami penurunan, harga obligasi juga mengalami penurunan. Nah kalau harga obligasi turun karena suku bunga dinaikkan. Kalau IHSG turun itu karena gonjang-ganjing dari perang dagang, kemudian informasi dari current account deficit, kemudian begitu juga pelemahan rupiah. Kalau dilihat-lihat memang pelemahan rupiah ini yang menjadi penyebab utamanya, karena kalau misalkan rupiah masih terus melemah atau sulit untuk menguat kembali, ada kemungkinan BI akan menaikkan tingkat suku bunga kembali. Nah kalau suku bunga sudah dinaikkan otomatis harga obligasi akan sulit naik padahal saat ini valuasinya sudah murah, cuma karena orang khawatir suku bunganya dinaikkan lagi dinaikkan lagi, harga obligasi akan tertahan. Dari sisi saham, saya melihatnya valuasi Indonesia itu sudah murah.