KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Indeks manufaktur atau PMI Manufaktur Indonesia diperkirakan akan terus mengalami kontraksi hingga akhir tahun 2024 nanti. Prediksi tersebut disampaikan Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas), Fajar Budiono saat ditanya terkait kondisi industri manufaktur yang sudah terkontraksi selama lima bulan beruntun. Menurutnya, meski ada sedikit peningkatan pada bulan-bulan menjelang lebaran, kondisi secara keseluruhan masih menunjukkan penurunan.
"Pada Desember itu fokus ke pengiriman untuk puasa dan lebaran, sehingga kemungkinan untuk keluar dari zona kontraksi masih kecil," kata Fajar kepada Kontan.co.id, Senin (2/12).
Baca Juga: Kontraksi PMI Manufaktur Berlanjut, Kemenperin: Butuh Kebijakan Dukung Industri Meski ada sedikit lonjakan terkait kebutuhan barang untuk persiapan puasa dan lebaran, hal tersebut dianggap tidak cukup untuk mendorong pemulihan industri secara signifikan. Fajar juga menyoroti tingginya ketergantungan pada impor barang jadi, serta pengurangan jam kerja di beberapa industri terutama garment, yang semakin membatasi kemampuan sektor manufaktur untuk bangkit. Fajar menambahkan, meski ada peningkatan konsumsi selama Ramadhan dan lebaran, dampaknya hanya bersifat sementara. Pasalnya, jika tidak ada langkah penyelamatan dari pemerintah, terutama terkait dengan pengendalian impor barang jadi, industri manufaktur akan tetap sehingga akan mempengaruhi kinerja sektor manufaktur paa kuartal II-2025. "Ini nanti di kuartal kedua itu pasti akan turun. Ini kalau pemerintah tidak segera mengambil tindakan penyelamatan atau pelindungan industri dalam negeri," katanya. Menurut Fajar, pemerintah perlu segera mengambil tindakan untuk melindungi industri manufaktur dalam negeri, mengingat kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) dan kenaikan upah minimum nasional (UMN) yang masih belum mampu merangsang pertumbuhan industri secara signifikan. Tanpa adanya intervensi, diperkirakan sektor manufaktur akan tetap terpuruk setelah lebaran.
Baca Juga: Manufaktur Indonesia Terkontraksi Lima Bulan Beruntun Fajar memperkirakan indeks PMI manufaktur masih akan berada di bawah 50 hingga Maret 2025. Sebagai informasi, PMI Manufaktur Indonesia pada November 2024 masih melanjutkan tren kontraksi selama lima bulan beruntun.
Berdasarkan laporan S&P Global, PMI Manufaktur November 2024 tercatat 49,6, naik sedikit jika dibandingkan dengan Oktober 2024 yang hanya 49,2. Hal ini mengindikasikan kondisi operasional sedikit melambat pada periode penurunan saat ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat