KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun berjalan, beberapa mata uang berhasil membukukan kinerja yang cukup apik sehingga menghadirkan peluang untuk dijadikan pilihan investasi. Berikut tiga besar mata uang yang punya kinerja apik ketika disandingkan dengan rupiah:
Pairing | 31 Des 21 | 07 Feb 22 | Perubahan |
SGD/IDR | 10.562 | 10.707 | 1,37% |
JPY/IDR | 123,89 | 125,08 | 0,96% |
USD/IDR | 14.263 | 14.393 | 0,91% |
Baca Juga: Dolar AS Bisa Jadi Pilihan Investasi Mata Uang yang Menarik Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf mengatakan, dolar Amerika Serikat (AS) memang unggul atas mata uang utama dunia lainnya di tengah ekspektasi kenaikan suku bunga Fed Funds Rate. Apalagi Federal Reserve juga memastikan stimulus akan berakhir pada bulan Maret dan mulai menaikkan suku bunganya sebanyak tiga kali. “The Fed bertambah
hawkish dalam rapatnya bulan Januari, dengan tidak menampik bahwa suku bunga bisa naik lebih dari tiga kali, dan kenaikan suku bunga akan dimulai pada bulan Maret,” jelas Alwi kepada Kontan.co.id, Senin (7/2). Dengan adanya ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed tersebut,
yield obligasi AS pun ikut terangkat dan memicu adanya pelarian dana dari
emerging markets. Selain diuntungkan oleh ekspektasi kenaikan suku bunga, Alwi juga menyebut dolar juga diuntungkan perannya sebagai
safe haven mengingat masih banyak ketidakpastian di pasar, termasuk yang terakhir ketegangan antara Ukraina-Rusia.
Baca Juga: Cadangan Devisa Diproyeksi Turun, Rupiah Berpotensi Kembali Melemah Pada Selasa (8/2) Sama halnya dengan dolar AS, yen juga diuntungkan dengan perannya sebagai mata uang
safe haven. Sebagai mata uang
emerging markets, rupiah cenderung ditinggalkan ketika sentimen
risk on memburuk. Sementara untuk dolar Singapura, dia menyebut, dengan otoritas moneter Singapura, Monetary Authority of Singapore (MAS) pada bulan Januari mengumumkan sedikit menaikkan slope $SNEER. Pengetatan tersebut dilakukan pasca rilis data inflasi yang kembali menunjukkan kenaikan. “Kebijakan
hawkish dari MAS tersebut berhasil mengangkat dolar Singapura dan menjadi mata uang yang
outperform di Asia Tenggara, mengalahkan rupiah, yang masih mengadopsi sikap
hawkish-nya,” imbuh Alwi.
Baca Juga: Meski GWM Naik, BI Sebut Likuiditas Perbankan Masih Berlebih dari Posisi Pra Pandemi Ke depan, Alwi memperkirakan kenaikan suku bunga sudah
priced-in terhadap dolar AS, sehingga kenaikannya kemungkinan tidak setajam tahun lalu. Sama halnya juga dengan dengan yen. Apalagi, dengan mempertimbangkan data PDB Indonesia yang di atas ekspektasi, kemungkinan sentimen akan membaik dan bisa mengikis peran
safe haven dolar AS dan Yen. Sementara sikap
hawkish MAS, kemungkinan masih akan mendukung dolar Singapura.
Menurut Alwi, dolar AS masih tetap menarik untuk dijadikan pilihan lantaran paling diuntungkan dengan sentimen kenaikan suku bunga acuan. Namun, ia juga melihat poundsterling sebagai salah satu yang menarik untuk dikoleksi. Apalagi, Bank of England sudah duluan melakukan pengetatan moneter dengan menaikkan suku bunga acuan. “Ditambah level GBP/IDR sekarang sudah mulai masuk
oversold dan mulai mendekati area
support-nya di 19.250. Hingga akhir tahun nanti, GBP/IDR berpotensi menuju 19.800 sehingga ada peluang
upside yang menarik,” tutup Alwi.
Baca Juga: IHSG Tutup di Rekor Tertinggi pada Senin (7/2), BBRI, TLKM, BBCA Banyak Dibeli Asing Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati