BI diramal tahan suku bunga karena alasan ini



JAKARTA. Potensi kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed bersamaan dengan potensi kenaikan inflasi di Juni mendatang menjadi pertimbangan Bank Indonesia (BI) dalam menentukan kebijakan suku bunga acuannya bulan ini.

Delapan ekonom yang dihubungi KONTAN memproyeksi, BI dalam rapat dewan gubernur (RDG) bulan akan kembali menahan BI 7-day reverse repo rate di level 4,75%. Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, arah kebijakan BI masih konsisten dalam menjangkar inflasi tahun ini yang berpotensi meningkat di bulan depan. Peningkatan tersebut sejalan dengan kenaikan permintaan barang dan jasa saat puasa dan Lebaran dan penyesuaian tarif listrik di awal Mei lalu. Selain itu, BI juga masih mewaspadai risiko global yakni kenaikan The Fed bulan depan, tren kenaikan inflasi AS, tekanan geopolitik, dan penurunan neraca The Fed yang berpotensi mempengaruhi stabilitas rupiah. Lebih lanjut menurutnya, selisih suku bunga acuan dengan inflasi (real interest rate) Indonesia pada tahun ini masih positif 55-75 basis points (bps). Sementara real interest rate AS masih negatif 50-90 bps. Dengan demikian, aset berdenominasi rupiah masih lebih atraktif dibandingkan aset negara-negara maju. "Jadi, BI diperkirakan akan mengantisipasi risiko eksternal tersebut dengan mempertahankan tingkat suku bunga acuan di level 4,75% hingga akhir tahun ini," kata Josua saat dihubungi KONTAN, Rabu (17/5). Ekonom Development Bank of Singapore (DBS) Gundy Cahyadi memproyeksi BI masih akan menahan suku bunga acuannya di bulan ini. Gundy bilang, tidak ada alasan bagi BI untuk memangkas suku bunga acuannya saat ini, lantaran inflasi berada di atas 4%, yaitu 4,17% year on year (YoY) di bulan lalu. Walaupun pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini diperkirakan hanya akan tumbuh 5% YoY Di sisi lain, Gundy juga melihat bahwa BI tak perlu melalui dukungan melalui kenaikan suku bunga acuan. Sebab, nilai tukar rupiah saat ini cenderung stabil dan terapresiasi 1,09% selama kuartal pertama tahun ini. Selain itu, surplus transaksi modal dan finansial kuartal pertama 2017 tercatat sebesar US$ 7,9 miliar, hampir dua kali lipat dibanding kuartal pertama tahun lalu. Defisit transaksi berjalan kuartal pertama tahun ini juga lebih terkendali, yaitu 1% dari produk domestik bruto (PDB), dibanding kuartal pertama tahun lalu yang sebesar 2,1% dari PDB. Meski demikian, Gundy melihat peluang kenaikan BI 7-Day reverse repo rate menipis. Sebab, "Data PDB kuartal pertama 2017 sedikit di bawah harapan," kata Gundy. Padahal sebelumnya dia memproyeksi BI akan menaikkan suku bunga acuan di semester kedua nanti. Ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness Eric Sugandi juga memproyeksi bank sentral akan menahan suku bunga acuannya bulan ini. Hal tersebut lantaran potensi tekanan inflasi bulan depan dan risiko tekanan rupiah dari faktor ketidakpastian global. Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, ketidakpastian global berkurang pasca terpilihnya Emmanuel Macron sebagai Presiden Perancis dalam pemilihan presiden awal Mei lalu. Dari sisi domestik, David menilai inflasi masih stabil dan neraca pembayaran Indonesia juga masih mencatatkan surplus. "Jadi sebenarnya membuka ruang penurunan, tetapi di sisi lain ada kondisi AS yang data ekonominya masih mix. Ke depan kita enggak tahu The Fed lebih agresifi atau tidak," kata dia. Oleh karena itu, ia memproyeksi suku bunga acuan BI tidak akan berubah hingga akhir tahun. Sementara itu, Gubernur BI Agus Martowardojo sebelumnya mengatakan, The Fed telah mengkomunikasikan kepastian penurunan neraca The Fed yang akan dilakukan secara bertahap. Tak hanya itu, The Fed juga telah mengkomunikasikan rencana kenaikan suku bunga acuannya di Juni nanti. Penurunan neraca The Fed lanjut dia, akan berdampak pada pengetatan kebijakan moneter AS. "Jadi ini masing-masing harus kami terus waspadai," kata Agus, Jumat (12/5) lalu. Proyeksi kebijakan suku bunga BI

- Josua Pardede ekonom Bank Permata 4,75% - Gundy Cahyadi ekonom DBS 4,75% - Eric Sugandi ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness 4,75% - David Sumual ekonom BCA 4,75% - Andry Asmoro ekonom Bank Mandiri 4,75% - Aldian Taloputra ekonom Standard Chartered Bank 4,75% - Juniman ekonom Maybank Indonesia 4,75% - Bhima Yudhistira ekonom Indef 4,75%


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan