Kenaikan ULN swasta masih ditopang refinancing



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Utang luar negeri (ULN) swasta kembali menunjukkan pertumbuhan dibanding tahun lalu. Bank Indonesia (BI) melaporkan, posisi ULN swasta per akhir September 2017 lalu mencapai US$ 167,22 miliar, naik 0,6% year on year (YoY) dan 0,74% dibanding posisi akhir bulan sebelumnya.

Pertumbuhan secara tahunan (YoY) bahkan lebih tinggi dibanding akhir Agustus yang hanya 0,1% YoY. Menilik data BI, tren kenaikan ULN swasta secara bulanan terjadi sejak awal tahun ini. Namun, pertumbuhan secara tahunan baru terjadi sejak Agustus 2017.

Meski demikian, pertumbuhan ULN swasta tersebut dinilai belum sepenuhnya menunjukkan perbaikan ekonomi. Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, pertumbuhan yang lebih tinggi itu masih disebabkan oleh penarikan utang untuk pembayaran utang sebelumnya.


"Mereka masih melakukan refinancing," kata Lana kepada Kontan.co.id, Jumat (17/11) lalu.

BI mencatat, posisi ULN swasta (tidak termasuk surat berharga domestik, kas, dan simpanan serta kewajiban lainnya) untuk modal kerja dan investasi masing-masing turun 6,84% dan 1,97% YoY. Sementara ULN swasta untuk refinancing melonjak tinggi sebesar 35,06% YoY.

Walaupun posisi secara bulanan justru berbanding terbalik. ULN swasta untuk modal kerja dan investasi naik dan untuk refinancing turun tipis.

Lana mengatakan, sektor terbesar ketiga penyumbang ULN swasta yakni sektor pertambangan dan penggalian (di bawah sektor keuangan dan industri pengolahan) masih terkontraksi baik secara bulanan maupun tahunan. Padahal, kondisi harga komoditas tambang masih dalam tren perbaikan.

"Mereka masih menikmati naiknya harga dan belum meningkatkan modal kerja. Karena enggak ada kegiatan produksi, ngapain mereka menarik pinjaman," tambah Lana.

Ia juga menyebut, besaran undisbursed loan terkini naik 1% dibanding posisi Desember 2016 dari total kredit yang mencapai Rp 4.500 triliun. Meski kenaikannya kecil, namun secara nominal, angka itu tergolong besar.

Lana memperkirakan tren ULN swasta ke depan belum akan naik terlalu tinggi. Sebab, permintaan dalam negeri juga belum stabil. Selain itu, tren kenaikan suku bunga global juga menjadi penyebabnya. Hal ini akan membuat beban perusahaan bertambah. "Implikasinya, investasi bisa melambat," ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia