JAKARTA. Dari total ULN Indonesia hingga akhir April 2017 lalu yang sebesar US$ 328,2 miliar, ULN swasta tercatat sebesar US$ 160,3 miliar. Jumlah itu meningkat 0,19% dibandingkan dengan posisi akhir bulan sebelumnya. Namun, jumlah itu turun 3,9% YoY. Bahkan penurunannya lebih dalam dibandingkan dengan penurunan pada Maret 2017 yang sebesar 3,6% YoY. Berdasarkan tujuan penggunaannya, ULN swasta untuk modal kerja meningkat tipis 0,33% dibanding Maret. Sementara ULN swasta untuk refinancing meningkat lebih besar sebesar 0,85% dibanding bulan sebelumnya. Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, kenaikan ULN untuk modal kerja menjadi pertanda yang baik untuk ekonomi dalam negeri. Namun, kenaikan untuk refinancing, menunjukkan bahwa adanya tambahan utang hanya untuk membayar utang lama. Secara umum ia melihat kontraksi ULN swasta secara tahunan menunjukkan swasta masih lebih banyak melakukan pembayaran. Hal itu bisa terjadi karena kenaikan suku bunga The Fed di Maret lalu yang menyebabkan naiknya beban bunga utang. "Sehingga daripada menjadi beban yang lebih berat, lebih baik dibayar lebih cepat," kata Lana kepada KONTAN, Jumat (16/6). Lebih lanjut ia melihat, sektor pertambangan sebagai penyumbang ULN swasta terbesar belum bisa merespons kenaikan harga komoditas tambang melalui produksi yang lebih besar. Sebab, swasta sektor tambang masih belum meyakini kenaikan harga komoditas tambang akan berlanjut. "Selain itu, untuk mendapatkan barang berat, mereka harus order dulu dan itu antre. Jadi barangnya baru sampai enam bulan mendatang, tetapi harganya sudah berubah," tambahnya. Lana memperkirakan, konsolidasi sektor pertambangan akan lebih panjang karena adanya potensi kenaikan harga komoditas yang bias ke bawah. Namun menurutnya, hal itu masih bisa dikompensasi dari pemerintah China yang melakukan impor batubara untuk melindungi pengusaha tambang batubara di negaranya. Dengan begitu, harga batubara tidak terlalu turun sehingga bisa mempercepat konsolidasi perusahaan tambang batubara di dalam negeri. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Kenaikan ULN swasta masih untuk bayar utang lama
JAKARTA. Dari total ULN Indonesia hingga akhir April 2017 lalu yang sebesar US$ 328,2 miliar, ULN swasta tercatat sebesar US$ 160,3 miliar. Jumlah itu meningkat 0,19% dibandingkan dengan posisi akhir bulan sebelumnya. Namun, jumlah itu turun 3,9% YoY. Bahkan penurunannya lebih dalam dibandingkan dengan penurunan pada Maret 2017 yang sebesar 3,6% YoY. Berdasarkan tujuan penggunaannya, ULN swasta untuk modal kerja meningkat tipis 0,33% dibanding Maret. Sementara ULN swasta untuk refinancing meningkat lebih besar sebesar 0,85% dibanding bulan sebelumnya. Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, kenaikan ULN untuk modal kerja menjadi pertanda yang baik untuk ekonomi dalam negeri. Namun, kenaikan untuk refinancing, menunjukkan bahwa adanya tambahan utang hanya untuk membayar utang lama. Secara umum ia melihat kontraksi ULN swasta secara tahunan menunjukkan swasta masih lebih banyak melakukan pembayaran. Hal itu bisa terjadi karena kenaikan suku bunga The Fed di Maret lalu yang menyebabkan naiknya beban bunga utang. "Sehingga daripada menjadi beban yang lebih berat, lebih baik dibayar lebih cepat," kata Lana kepada KONTAN, Jumat (16/6). Lebih lanjut ia melihat, sektor pertambangan sebagai penyumbang ULN swasta terbesar belum bisa merespons kenaikan harga komoditas tambang melalui produksi yang lebih besar. Sebab, swasta sektor tambang masih belum meyakini kenaikan harga komoditas tambang akan berlanjut. "Selain itu, untuk mendapatkan barang berat, mereka harus order dulu dan itu antre. Jadi barangnya baru sampai enam bulan mendatang, tetapi harganya sudah berubah," tambahnya. Lana memperkirakan, konsolidasi sektor pertambangan akan lebih panjang karena adanya potensi kenaikan harga komoditas yang bias ke bawah. Namun menurutnya, hal itu masih bisa dikompensasi dari pemerintah China yang melakukan impor batubara untuk melindungi pengusaha tambang batubara di negaranya. Dengan begitu, harga batubara tidak terlalu turun sehingga bisa mempercepat konsolidasi perusahaan tambang batubara di dalam negeri. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News