Kenaikan Yield US Treasury Membuat Level CDS Indonesia Naik Tajam



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persepsi investor terhadap berisiko investasi di Indonesia meningkat dalam sepekan terakhir. Persepsi ini dapat tercermin dari level Credit Default Swap (CDS) Indonesia yang meningkat.

Adapun, level CDS 5 tahun, Selasa (12/4) menyentuh level 90,44. Padahal, tepat seminggu sebelumnya, level CDS masih berada di 77,22. Sementara level CDS 10 tahun pada Selasa (12/4), berada di level 165,38. Angka tersebut juga naik dari posisi seminggu sebelumnya yang ada di 147,01.

Head of Fixed Income Bank Negara Indonesia Fayadri mengungkapkan, kenaikan level CDS tersebut memang sejalan dengan meningkatnya risiko, khususnya dari risiko global. Pasalnya, dari dalam negeri, minim katalis yang menggerakkan pasar.


Ia menjelaskan, pada seminggu lalu terdapat sentimen dari FOMC Meeting Minutes yang menegaskan proyeksi agresivitas kebijakan kenaikan suku bunga The Fed seiring dengan semakin meningkatnya tekanan inflasi. Selain itu, rilis data inflasi AS yang lebih tinggi dari periode sebelumnya juga menjadi tekanan.

“Dua hal tersebut merupakan faktor utama yang membuat yield US Treasury 10 tahun sempat menguat hingga ke angka 2,83%. Alhasil, CDS Indonesia juga ikut naik,” kata Fayadri ketika dihubungi Kontan.co.id, Rabu (13/4).

Baca Juga: Jumlah Penawaran Masuk pada Lelang SUN Turun Tipis Jadi Rp 40,28 Triliun

Kendati demikian, Fayadri melihat, kenaikan CDS ini merupakan sesuatu yang normal. Terlebih saat ini begitu banyak isu penting selain inflasi dan suku bunga, tapi juga ada perhatian pada perkembangan krisis Rusia-Ukraina.

Di saat yang bersamaan dengan kenaikan CDS tersebut, Pemerintah Indonesia cukup kesulitan memenuhi target lelang baik SUN maupun SBSN. Alhasil, dalam beberapa waktu terakhir, pemerintah mengadakan lelang greenshoe option untuk memenuhi target tersebut.  

Fayadri menyebut, sejatinya untuk pelaksanaan lelang masih sangat diminati oleh investor. Hal ini terlihat dari total penawaran yang masuk (incoming bid) yang masih di atas angka 200% dari total target indikatif yang ditetapkan oleh pemerintah.

“Memang CDS jadi salah satu pertimbangan investor ketika akan masuk ke pasar obligasi, namun saat ini saya belum melihat adanya korelasi yang sangat kuat antara pergerakan CDS dengan minat investor untuk mengikuti lelang,” imbuhnya.

Oleh karena itu, menurutnya, para investor tidak perlu khawatir dengan kenaikan CDS tersebut. Di satu sisi, sampai saat ini pasar obligasi di dalam negeri masih stabil, bahkan untuk bulan April ini, sampai dengan tanggal 11 April, investor asing masih mencatatkan posisi net-buy.

Dalam waktu dekat ini, Fayadri menilai, persepsi investor masih akan dipengaruhi oleh komentar-komentar dari pejabat The Fed terkait arah kebijakan moneter yang akan mereka ambil. Selain itu, rilis-rilis data penting seperti data inflasi dan data ketenagakerjaan juga kan jadi perhatian.

“Dari dalam negeri sendiri proyeksi kenaikan angka inflasi perlu mulai dicermati karena dapat memberikan tekanan terhadap perubahan kebijakan suku bunga acuan,” imbuh Fayadri.

Baca Juga: Dampak Perang Rusia-Ukraina, Gubernur BI: Suku Bunga The Fed akan Naik Lebih Tinggi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat