Kenali Apa itu Catcalling, Dampak Negatif bagi Korban, dan Hukuman bagi Pelaku



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenali apa itu Catcalling sebagai kejadian kekerasan seksual. Kata ini muncul di media sosial terkait dengan tindakan yang menjurus ke tindakan perilaku pelecehan seksual.

Catcalling merupakan tindakan perilaku verbal yang merendahkan, di mana seseorang, biasanya pria, memberikan komentar atau panggilan yang seksual atau tidak pantas kepada seseorang, biasanya perempuan, yang lewat di dekatnya di tempat umum.

Nah, catcalling sering kali melibatkan ucapan yang bersifat seksual, vulgar, atau melecehkan, dan dapat mencakup serangkaian tindakan seperti bersiul, merengek-rengek, atau memberikan komentar kasar terhadap penampilan fisik seseorang.


Tindakan ini biasanya tidak diinginkan, membuat si penerima merasa tidak nyaman, dan dapat dianggap sebagai bentuk pelecehan verbal atau pelecehan jalanan.

Baca Juga: Apa Arti Jet Lag dalam Kesehatan? Ini Pengertian, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Catcalling mencerminkan ketidaksetaraan gender dan menunjukkan kurangnya rasa hormat terhadap privasi dan martabat individu yang menjadi sasaran.

Banyak orang dan kelompok telah mengadvokasi untuk menghentikan catcalling sebagai bagian dari upaya menciptakan lingkungan yang lebih aman, terutama bagi perempuan, di ruang publik.

Jenis Catcalling

Beberapa jenis catcalling melibatkan komentar verbal atau panggilan yang bersifat seksual atau merendahkan, sementara yang lain melibatkan tindakan fisik yang tidak diinginkan.

Berikut adalah beberapa jenis catcalling yang umum:

1. Ucapan Seksual

Komentar yang merendahkan atau bersifat seksual terhadap penampilan fisik korban. Bahkan, ada yang merengek-rengek atau bersiul dengan nada seksual.

2. Panggilan Kasar

Pelaku memanggil korban dengan kata-kata kasar atau melecehkan, sehingga mengganggu orang tersebut.

3. Komplemen Meragukan

Pelaku memberikan komentar yang disajikan sebagai komplimen tetapi sebenarnya bersifat meragukan atau merendahkan korban

4. Penguntitan

Yang paling berbahaya adalah catcalling dengan menguntit, sehingga pelaku mengikuti korban tanpa persetujuan atau membuatnya merasa diawasi.

Baca Juga: Apa itu Dry Text dalam Bahasa Gaul? Ini Pengertian, Penyebab, dan Cara Menghindari

Kenapa catcalling berbahaya?

Meskipun awalnya dianggap tidak berbahaya oleh beberapa orang, catcalling bermasalah karena merupakan bentuk pelecehan. Catcalling melanggar definisi terkait sebuah pujian tetapi dengan pemaksaan, memilih objektifikasi dan tidak menghormati. Catcalling bermasalah karena alasan-alasan berikut:

1. Catcalling Dapat Membuat Orang Merasa Tidak Aman

Korban melaporkan merasa tidak aman ketika mereka menjadi korban catcalling. Tingkat keparahan perasaan ini bervariasi; beberapa merasa perlu menjauh untuk menghindari perhatian tidak diinginkan, sementara yang lain khawatir akan keselamatan dan kesehatan fisik mereka.

Meskipun tidak setiap orang yang pernah mengalami catcalling merasa berada dalam bahaya nyata, sebagian besar merasa tidak nyaman, tidak aman, dan tidak puas dengan interaksi tersebut, seringkali berusaha keras untuk menyelamatkan diri. Sebagai hasil dari ketakutan yang dirasakan oleh beberapa individu setelah menjadi korban catcalling, beberapa melaporkan berperilaku menghindar dan menolak pergi ke tempat-tempat tertentu sendirian atau pada waktu-waktu tertentu dalam sehari, untuk mengurangi kemungkinan menjadi korban catcalling atau pelecehan.

Setiap orang berhak untuk bergerak dengan aman di dunia, tetapi banyak yang tidak diberikan kebebasan ini. Penting untuk diingat bahwa jika Anda belum merasakan kurangnya rasa aman ini sendiri, itu tidak selalu mencerminkan pengalaman orang lain. Situasi-situasi ini serius dan bahkan dapat memiliki implikasi hukum.

Baca Juga: Apa itu Fictophilia? Pengertian, Tanda, hingga Cara Mengatasi Gangguan Mental

2. Catcalling Dapat Menyebabkan Kerusakan Psikologis

Penelitian menunjukkan bahwa wanita melaporkan efek psikologis negatif setelah mengalami catcalling, terutama penurunan tajam dan tiba-tiba dalam harga diri serta peningkatan dalam merasa diobjektifikasi.

Meskipun ada argumen bahwa catcalling adalah pujian dan seharusnya meningkatkan harga diri, banyak orang merasa tidak dilihat, tidak didengar, dan diobjektifikasi ketika mendengar teriakan, peluit, atau komentar yang hanya fokus pada penampilan fisik mereka. Jauh dari tidak berbahaya, catcalling dapat menimbulkan kerusakan mental dan emosional bagi mereka yang terlibat.

Cara menghadapi catcalling

Menghadapi catcalling di jalanan umum bisa menjadi situasi sulit dan memerlukan pendekatan yang berbeda tergantung pada kenyamanan dan keamanan Anda. Berikut adalah beberapa saran umum untuk menghadapi catcalling:

1. Jangan Memberikan Reaksi Terlalu Banyak Perhatian

Beberapa pelaku catcalling mencari reaksi atau perhatian. Dengan tidak memberikan reaksi yang terlalu banyak, Anda dapat menghindari memberikan mereka apa yang diinginkan.

2. Tetap Tenang dan Lanjutkan Langkah

Anda dapat mencobta untuk meneruskan perjalanan dengan percaya diri dan tidak menunjukkan ketakutan atau ketergangguan.

3. Gunakan Alat Pelindung Diri

Jika memungkinkan, bawa alat pelindung diri seperti semprotan merica atau peluit keamanan pribadi.

4. Berbicara dengan Suara Kuat

Jika merasa nyaman, berbicaralah dengan suara yang cukup keras untuk menarik perhatian orang di sekitar. Ini dapat membuat pelaku sadar bahwa perilakunya tidak diterima.

5. Segera Hubungi Pihak Berwajib

Saat Anda menerima kekerasan secara verbal, terutama di lingkungan seperti komplek maupun transportasi umum segera hubungi pihak berwajib terkait. Pastikan Anda memberikan kronologi yang jelas agar memudahkan pihak berwajib memproses tindakan kriminal tersebut.

Hukuman pidana untuk pelaku Catcalling

Hukuman untuk catcalling atau pelecehan verbal di berbagai yurisdiksi dapat bervariasi. Catcalling sendiri dapat mencakup perilaku seperti komentar seksual tidak diinginkan atau ejekan verbal yang ditujukan kepada korban. 

Lalu, apakah pelecehan seksual verbal bisa dipidana? melansir dari Hukum Online, hal ini bisa dikenakan dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (“UU TPKS”).

Menurut Pasal 5 UU TPKS, pelecehan verbal dan pelecehan nonfisik lainnya dipidana dengan pidana penjara paling lama 9 bulan dan/atau pidana denda paling banyak Rp10 juta.

Tidak hanya itu, pidana tambahan bisa diberikan sesuai tempat kejadian hingga tingkat kerugian bagi korban catcalling.

Penting untuk dicatat bahwa respons terhadap catcalling dapat berbeda-beda di berbagai wilayah, dan hukuman yang diterapkan dapat dipengaruhi oleh undang-undang setempat, tingkat pelanggaran, dan kebijakan penegakan hukum yang berlaku.

Upaya juga telah dilakukan untuk meningkatkan kesadaran terhadap masalah ini dan mendorong adopsi kebijakan yang lebih tegas untuk melindungi individu dari pelecehan verbal di tempat umum.

Demikian informasi terkait catcalling sebagai salah satu kekerasan seksual yang perlu dipahami setiap orang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News