KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pahami apa itu Toxic positivity baik dari arti, ciri-ciri, dan cara menghadapinya. Kondisi psikologis dengan memaksakan diri untuk nyaman dengan situasi tidak baik dalam jangka panjang. Toxic positivity adalah sikap atau pola berpikir yang menekankan untuk selalu memiliki pandangan positif tanpa memberikan ruang bagi ekspresi emosi negatif atau kesulitan. Ini menciptakan lingkungan di mana seseorang merasa dipaksa untuk menekan atau menyembunyikan perasaan yang tidak menyenangkan, seperti kekecewaan, kesedihan, atau kecemasan.
Ciri-ciri toxic positivity
- Menyembunyikan perasaan Anda yang sebenarnya karena takut dengan apa yang dipikirkan orang lain.
- Abaikan emosi yang terasa membebani agar bisa melanjutkan hidup.
- Minimalkan segala ketidaknyamanan yang dirasakan dengan kata-kata mutiara dan kata-kata yang menyenangkan.
- Abaikan emosi Anda sendiri dan orang lain dengan mengingatkan bahwa “segalanya bisa menjadi lebih buruk.”
- Hilangkan perasaan yang berkaitan dengan kekecewaan, kesedihan, dan kehilangan dengan mengingatkan diri sendiri bahwa “segala sesuatunya sebagaimana adanya”.
- Malu atas perasaan negatif apa pun dan memaksakan diri untuk tetap tersenyum.
- Mempermalukan orang lain ketika mereka mengekspresikan emosi negatifnya sendiri..
- Menciptakan tekanan sosial di mana individu merasa harus selalu bahagia atau berpikiran positif, bahkan ketika sedang mengalami kesulitan.
Cara menghadapi toxic positivity
Untuk menetralisir kecenderungan Anda untuk bersikap positif secara toksik, sadari bahwa menyusun ulang perspektif memerlukan waktu dan mengubah pemikiran. Namun, mempraktikkan cara-cara baru untuk menggambarkan situasi akan membantu Anda memberikan lebih banyak ruang untuk komunikasi yang autentik dan jujur. Berikut beberapa tips dan cara menghadapi toxic positivity dilansir dari laman Forbes.- Bersikaplah tulus dan jujur dalam interaksi Anda dengan orang lain. Hindari penggunaan kata-kata klise atau basa-basi yang mungkin tidak relevan atau bermanfaat.
- Bersikaplah menerima dan tidak menghakimi perasaan dan pengalaman orang lain. Hindari mencoba memperbaiki atau mengubah perasaan mereka dan menawarkan dukungan dan pengertian.
- Doronglah orang lain untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran mereka serta mencari bantuan jika mereka memerlukannya. Hindari menyuruh mereka untuk “berpikir positif” atau “berwajah bahagia”.
- Waspadai kesejahteraan emosional Anda dan carilah dukungan jika diperlukan. Hindari memaksakan diri sendiri atau orang lain terlalu keras untuk bersikap positif dan sadari bahwa terkadang tidak masalah jika memiliki emosi negatif.
- Hubungi pelatih, mentor, atau terapis untuk membantu Anda menyusun ulang pemikiran dan pola dalam cara Anda mengatasi hal positif dan negatif