JAKARTA. Gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat membuat tubuh lebih rentan dan berisiko mengidap kolesterol tinggi. Tak heran, banyak masyarakat kita yang memiliki kadar kolesterol lebih tinggi dari ambang batas normal. Meski kolesterol tinggi berisiko bagi tubuh karena bisa mengundang penyakit berbahaya, sejatinya kolesterol juga dibutuhkan. Sebab, sel tubuh kita memerlukan kolesterol untuk pembentukan membran sel tubuh, selubung saraf, produksi hormon tertentu. Kolesterol juga membantu proses pencernaan. Menurut Kepala Bagian
Medical Check Up Rumah Sakit St Carolus Dokter Chandra Megah, kolesterol merupakan lemak yang tidak larut dalam air dan ada dalam darah. Kolesterol memiliki peran penting dalam proses pembentukan organ.
Sebanyak 80% kolesterol dalam tubuh diproduksi oleh hati. Sisanya bersumber dari konsumsi produk hewani. Kolesterol terdistribusi ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Yang harus diingat, berdasarkan tingkat densitasnya, kolesterol terbagi menjadi kolesterol
low density lipoprotein (LDL) atau kolesterol jahat. LDL dianggap jahat karena bisa masuk dalam endotel pembuluh darah dan menyebabkan penyumbatan. Penyumbatan ini berpotensi menyebabkan stroke dan serangan jantung. “Kalau terdapat emboli pada pembuluh darah otak bisa terjadi stroke. Kalau di jantung bisa terjadi serangan jantung, kalau di ginjal jadi rusak ginjal,” kata Chandra kepada KONTAN, kemarin (9/6). Selain kolesterol jahat, ada juga kolesterol baik yang biasa disebut
high density lipoprotein (HDL). Kolesterol jenis HDL ini memiliki fungsi proteksi pada pembuluh darah, serta dapat melarutkan kolesterol jahat dalam tubuh. Senada, dokter umum Rumah Sakit MMC Yudit Alfa Pratama mengatakan, kelebihan kolesterol terjadi akibat mengonsumsi makanan dengan kandungan kolesterol tinggi atau kurang berolahraga. "Bisa juga akibat faktor keturunan," jelas Yudit. Faktor keturunan atau kondisi genetik biasa disebut
familial hypercholesterolaemia (FH) dimana kadar kolesterol tetap tinggi meski mengonsumsi makanan sehat. Yang perlu diwaspadai, risiko kelebihan kolesterol meningkat jika seseorang menderita hipertensi, diabetes, atau memiliki keluarga yang menderita penyakit jantung dan stroke. Deteksi dini Seringkali, orang yang memiliki kolesterol jahat tinggi tidak memiliki tanda-tanda fisik tertentu. Tubuh akan bereaksi ketika organ terkena efek dari penyumbatan kolesterol secara lama. Oleh karena itu, penting bagi kita melakukan deteksi dini. Tapi, mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan kadar kolesterol tinggi memiliki ciri khusus. Biasanya, terdapat tanda kuning yang terdapat benjolan kecil pada ujung kelopak mata atau disebut Xanthelasma. “Jadi belum tentu orang gemuk memiliki kolesterol tinggi dan orang kurus memiliki kolesterol rendah. Semua kambali kepada gaya hidup masing-masing,” imbuh Chandra.
Menurut Chandra, jika tidak mengubah pola makan dan tidak berhenti merokok, penderita kolesterol tinggi akan lebih berisiko terkena stroke atau penyakit jantung. Pasalnya, dalam sebatang rokok terdapat zat akrolein. Zat ini dapat menghentikan aktivitas kolesterol baik atau HDL untuk mengangkut timbunan lemak menuju hati. Akibatnya, terjadi penyempitan arteri atau aterosklerosis. Meski tidak ada tanda khusus, tetap ada beberapa gejala yang bisa dideteksi dini. Misal, rasa berat di tengkuk dan pegal di pundak. Hal ini karena suplai darah dan oksigen terhambat akibat penumpukan plak pada pembuluh darah. Gejala lain, sering sakit kepala karena peningkatan kolesterol memicu pengerasan pembuluh darah sehingga aliran darah ke otak terhambat. Penderita kolesterol tinggi juga cepat mengantuk lantaran aliran darah yang membawa oksigen ke otak terhambat. “Jika sering merasakan 3L yakni lemah, letih dan lesu, segera mengecek kadar kolesterol tubuh,” papar Yudit. Setelah memeriksa kesehatan, putuskan juga untuk diet sehat. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia