KONTAN.CO.ID - Alergi makanan adalah salah satu jenis alergi paling umum. Alergi makanan adalah reaksi alergi yang muncul setelah mengonsumsi makanan tertentu. Alergi makanan bisa terjadi akibat reaksi berlebihan dari sistem imun terhadap zat di dalam makanan yang sebenarnya tidak berbahaya. Sistem kekebalan tubuh secara keliru menganggap suatu zat seperti protein dalam makanan tertentu berbahaya bagi tubuh. Biasanya alergi makanan bisa muncul sejak usia anak-anak. Namun, gejalanya juga bisa muncul kapan saja bahkan setelah dewasa alias tak mengenal usia.
Baca Juga: 11 Makanan Penurun Kolesterol Tinggi yang Bisa Dikonsumsi Sehari-hari Alergi makanan dapat memicu tanda dan gejala seperti masalah pencernaan, gatal-gatal, atau pembengkakan saluran pernafasan. Bahkan, pada beberapa orang, alergi makanan dapat menyebabkan gejala yang parah atau bahkan reaksi yang mengancam nyawa yang dikenal sebagai anafilaksis. Alergi makanan diderita sekitar 8% persen anak di bawah usia 5 tahun dan hingga 4% orang dewasa di seluruh dunia. Meskipun tidak ada obatnya, beberapa anak mengatasi alergi makanannya seiring bertambahnya usia.
Baca Juga: Alergi Dingin: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya Gejala alergi makanan
Bagi sebagian orang, reaksi alergi terhadap makanan tertentu mungkin terasa tidak nyaman. Sementara bagi sebagian orang lain, reaksi alergi makanan bisa menakutkan bahkan mengancam nyawa. Gejala alergi makanan biasanya tampak dalam beberapa menit sampai dua jam setelah makan makanan yang jadi pemicu bersentuhan dengan mulut. Meski jarang terjadi, namun gejala alergi makanan juga bisa muncul berjam-jam setelah mengonsumsi makanan pemicunya.
Baca Juga: Waspadai! Ini 5 Penyakit Paru-Paru yang Rentan Menyerang Lansia Tanda dan gejala alergi makanan yang paling umum meliputi seperti dirangkum dari Mayo Clinic antara lain:
- Kesemutan atau gatal di mulut
- Gatal-gatal atau eksim
- Pembengkakan pada bibir, wajah, lidah, dan tenggorokan atau bagian tubuh lainnya
- Mengia atu hidung tersumbat atau kesulitan bernapas
- Sakit perut, diare, mual atau muntah
- Pusing, pingsan
- Anafilaksis
Baca Juga: 4 Cara Meredakan Gusi Bengkak Tanpa Minum Obat Pada beberapa orang, alergi makanan dapat memicu reaksi alergi parah yang disebut anafilaksis. Ini dapat menyebabkan tanda dan gejala yang mengancam jiwa, termasuk:
- Penyempitan saluran pernafasan
- Tenggorokan bengkak atau sensasi benjolan di tenggorokan yang membuat Anda sulit bernapas
- Syok dengan penurunan tekanan darah yang parah
- Denyut nadi cepat
- Pusing, sakit kepala ringan atau kehilangan kesadaran
Perawatan dengan segera sangat penting untuk penderita anafilaksis. Jika tidak diobati, anafilaksis dapat menyebabkan koma atau bahkan kematian.
Baca Juga: 3 Cara Membersihkan Lemari Berjamur, Ikuti Langkahnya biar Baju Tak Jamuran Kapan penderita alergi makanan harus ke dokter?
Segera temui dokter atau ahli alergi jika Anda memiliki gejala alergi makanan sesaat setelah mengonsumsi makanan tertentu. Terlebih jika gejalanya mengarah pada anafilaksis. Jika memungkinkan, temui petugas kesehatan saat reaksi alergi terjadi. Ini akan membantu tenaga kesehatan membuat diagnosis. Cari perawatan darurat jika Anda mengalami tanda atau gejala anafilaksis, seperti:
- Penyempitan saluran pernafasan yang membuatnya sulit bernapas
- Syok dengan penurunan tekanan darah yang parah
- Denyut nadi cepat
- Pusing atau pusing
Baca Juga: 17 Cara Menghilangkan Kantung Mata Secara Alami dan Permanen Penyebab alergi makanan
Ketika seseorang memiliki alergi makanan, sistem kekebalan tubuh akan keliru mengidentifikasi makanan tertentu atau zat dalam makanan sebagai sesuatu yang berbahaya. Sebagai respon, sistem kekebalan bakal memicu sel untuk melepaskan antibodi yang dikenal sebagai imunoglobulin E (IgE) untuk menetralkan makanan atau zat makanan penyebab alergi (alergen). Bahkan apabila mengonsumsi makanan tersebut dalam jumlah terkecil sekalipun, antibodi IgE merasakannya dan memberi sinyal pada sistem kekebalan Anda untuk melepaskan bahan kimia yang disebut histamin, serta bahan kimia lainnya, ke dalam aliran darah.
Baca Juga: 5 Makanan dan Minuman yang Sebaiknya Dihindari Setelah Minum Obat Bahan kimia ini menyebabkan gejala alergi makanan. Sebagian besar alergi makanan dipicu oleh protein tertentu pada sejumlah makanan seperti:
- Kerang Crustacea, seperti udang, lobster dan kepiting
- Kacang kacangan
- Ikan
- Telur ayam
- Susu sapi
- Gandum
- Kedelai
Baca Juga: Penyebab Perut Kembung & Obat Kembung Alami Untuk Dewasa Penyebab alergi makanan lainnya
Intoleransi makanan atau reaksi terhadap zat lain yang Anda makan dapat menyebabkan tanda dan gejala yang sama seperti alergi makanan seperti mual, muntah, kram, dan diare. Bergantung pada jenis intoleransi makanan, Anda mungkin bisa makan makanan pemicu dalam jumlah kecil tanpa reaksi. Sebaliknya, jika Anda benar-benar alergi makanan, makanan dalam jumlah kecil pun dapat memicu reaksi alergi.
Baca Juga: Apa Saja Ciri-ciri Alergi Pada Anak dan Bisakah Sembuh? Risiko orang yang terkena alergi makanan
1. Keturunan Anda memiliki risiko alergi makanan jika asma, eksim, gatal-gatal atau alergi seperti demam umum terjadi di keluarga Anda. 2. Alergi lainnya Jika Anda sudah alergi terhadap satu makanan, Anda mungkin berisiko lebih tinggi untuk alergi terhadap makanan yang lain. Demikian pula, jika Anda memiliki reaksi alergi jenis lain, seperti eksim, risiko Anda mengalami alergi makanan lebih besar.
Baca Juga: Aman dan Baikkah Kunyit Diminum Setiap Hari? 3. Usia Alergi makanan lebih sering terjadi pada anak-anak, terutama balita dan bayi. Seiring bertambahnya usia anak, sistem pencernaan mereka menjadi matang dan tubuh mereka cenderung tidak menyerap makanan atau komponen makanan yang memicu alergi. Untungnya, anak-anak biasanya mampu mengatasi alergi terhadap susu, kedelai, gandum, dan telur. Sementara alergi terhadap kacang-kacangan dan kerang lebih cenderung seumur hidup. 4. Asma Asma dan alergi makanan umumnya terjadi bersamaan.
Baca Juga: Cara Konsumsi Jeruk Nipis agar Efektif Mengobati Batuk Obat alergi makanan
Satu-satunya cara untuk menghindari reaksi alergi makanan adalah menghindari makanan yang menjadi pemicu alergi. Untuk reaksi alergi ringan, antihistamin dapat membantu mengurangi gejala alergi makanan. Obat ini dapat diminum setelah terpapar makanan penyebab alergi untuk membantu meredakan gatal atau gatal-gatal. Namun, antihistamin tidak dapat mengobati reaksi alergi yang parah.
Untuk reaksi alergi yang parah, Anda mungkin memerlukan suntikan epinefrin di rumah sakit. Banyak orang dengan alergi makanan membawa seperangkat obat bernama autoinjector epinefrin.
Baca Juga: 7 Bahan Makanan dan Tanaman Herbal untuk Obat Asam Urat, Mudah Didapat Perangkat ini merupakan kombinasi jarum suntik yang menyuntikkan satu dosis obat saat ditekan ke paha Anda. Jika dokter Anda telah meresepkan autoinjektor epinefrin:
- Pastikan Anda tahu cara menggunakan autoinjector.
- Selain itu, pastikan orang-orang terdekat Anda mengetahui cara memberikan obat, jika mereka bersama Anda dalam keadaan darurat anafilaksis, mereka dapat menyelamatkan hidup Anda.
- Bawalah bersama Anda setiap saat. Sebaiknya simpan injektor otomatis tambahan di mobil Anda atau di meja kerja.
- Selalu pastikan untuk mengganti epinefrin sebelum tanggal kedaluwarsa atau mungkin tidak berfungsi dengan baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News