Kenali Perbedaan Susu UHT, Susu Pasteurisasi dan Susu Steril Sebelum Konsumsi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Simak perbedaan susu UHT, pasteurisasi, dan susu steril. Beberapa jenis susu yang beredar di masyarakat tentu tidak serta merta murni langsung dari peternakan sapi perah.

Susu yang berbedar dan dikonsumsi langsung mengalami berbagai proses dengan pengemasan yang berbeda. Adapun beberapa jenis susu murni yang ditemui dan diproduksi oleh perusahaan barang konsumen adalah susu UHT, pasteurisasi, dan susu steril.

Perbedaan antara susu UHT, pasteurisasi, dan susu steril adalah penting bagi konsumen yang ingin memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi.


Ketiga jenis susu tersebut memiliki beberapa perbedaan yang wajib Anda kenali dan pilah sesuai kebutuhan.

Baca Juga: Konsumsi Susu di Indonesia Masih Rendah, Milku Dorong Lewat Varian Produk Baru

Perbedaan jenis susu

Mulai dari susu UHT (Ultra-High Temperature) dipanaskan pada suhu sangat tinggi untuk membunuh mikroorganisme dan memiliki umur simpan yang lebih lama tanpa perlu pendinginan.

Sementara itu, susu pasteurisasi dipanaskan pada suhu yang lebih rendah dalam waktu yang singkat untuk membunuh bakteri patogen, namun tetap memerlukan penyimpanan dalam kondisi dingin dan memiliki umur simpan yang lebih pendek.

Di sisi lain, susu steril dipanaskan pada suhu tinggi dalam waktu yang lebih lama, menghasilkan produk yang bebas dari mikroorganisme dan dapat disimpan dalam suhu ruang untuk jangka waktu yang lebih lama.

Perbedaan antara susu UHT, pasteurisasi, dan susu steril terletak pada metode pemrosesan dan masa simpan. Berikut adalah penjelasan masing-masing dilansir dari Organic Valley.

Baca Juga: Industri Pengolahan Susu Impor 80% Bahan Baku

1. Susu UHT (Ultra High Temperature)

Metode Pemrosesan: Susu UHT dipanaskan pada suhu sangat tinggi, sekitar 135-150°C, selama 2-5 detik. Proses ini membunuh hampir semua mikroorganisme dan spora bakteri.

Masa Simpan: Susu UHT memiliki masa simpan yang panjang, hingga 6 bulan atau lebih tanpa perlu pendinginan, asalkan kemasannya belum dibuka.

Ciri-ciri: Biasanya dikemas dalam kemasan aseptik (tetra pak) yang memungkinkan penyimpanan pada suhu ruangan. Rasa dan nutrisi susu UHT bisa sedikit berubah dibandingkan susu segar karena pemanasan tinggi.

2. Susu Pasteurisasi

Metode Pemrosesan: Susu pasteurisasi dipanaskan pada suhu 63°C selama 30 menit atau pada suhu 72°C selama 15 detik. Tujuannya untuk membunuh bakteri patogen sambil mempertahankan sebagian besar nutrisi dan rasa alami susu.

Masa Simpan: Susu pasteurisasi memiliki masa simpan lebih pendek dibandingkan susu UHT, biasanya sekitar 1-2 minggu, dan harus disimpan dalam lemari pendingin.

Ciri-ciri: Harus disimpan dalam kondisi dingin untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Rasa dan kandungan nutrisinya lebih mendekati susu segar dibandingkan susu UHT atau steril.

3. Susu Steril

Metode Pemrosesan: Susu steril dipanaskan pada suhu sekitar 121°C selama 15 menit atau lebih. Proses ini membunuh semua mikroorganisme dan spora, termasuk yang tahan panas.

Masa Simpan: Susu steril memiliki masa simpan yang sangat panjang, bisa mencapai 12 bulan atau lebih tanpa perlu pendinginan sebelum kemasannya dibuka.

Ciri-ciri: Biasanya dikemas dalam botol kaca atau kaleng. Proses pemanasan yang lama dapat menyebabkan perubahan rasa dan penurunan nilai nutrisi lebih besar dibandingkan pasteurisasi atau UHT.

Sebagai kesimpulan, susu UHT merupakan susu yang dipanaskan pada suhu sangat tinggi dalam waktu singkat, masa simpan lama tanpa perlu pendinginan. Sedangkan, susu Pasteurisasi dipanaskan pada suhu lebih rendah dalam waktu lebih lama, masa simpan pendek dan harus didinginkan.

Terakhir ada susu steril yang dipanaskan pada suhu tinggi dalam waktu lama, masa simpan sangat panjang tanpa perlu pendinginan, tapi dengan perubahan rasa dan nutrisi yang lebih signifikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News