Kenangan di Telaga Mboromo Gunung Kidul yang Kini Mulai Surut



KONTAN.CO.ID – GUNUNG KIDUL. Telaga Mboromo menjadi salah satu sumber penghidupan bagi masyarakat Desa Karangasem, Kecamatan Paliyan, Gunung Kidul, DI Yogyakarta. Namun, kondisi telaga yang berada di kawasan karst dengan luas kurang lebih 7.000 meter persegi itu mulai surut.

Sigit Purnomo, salah satu tokoh masyarakat Desa Karangasem menceritakan kenangan manis yang terukir pada Telaga Mboromo ini.

Dia bercerita, nama Telaga Mboromo diambil dari varietas pohon yang tumbuh subur di daerah tersebut yakni pohon ingas atau pohon rengas. Salah satu jenis pohon ingas yaitu mboromo, di mana karakteristiknya punya getah yang menyebabkan kulit gatal dan panas.


Pak Wage, sebutan akrab Sigit Purnomo mengenang, semasa kecilnya penduduk desa sangat bergantung dengan telaga ini untuk keperluan sehari-hari, pasalnya air di sana sangat melimpah bahkan di saat kemarau panjang.

“Saat masa kecil jam 5 pagi kita mandinya di sini bareng teman-teman, kadang masih bawa sarung ke telaga ini,” ujar Sigit saat ditemui beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Bisa Menyerap Karbon, Pegunungan Karst di Gunung Kidul Kini Terancam

Bukan hanya untuk mandi, Telaga Mboromo kerap dijadikan tempat interaksi sosial antar warga desa sambil mencuci baju, memandikan hewan ternak, memancing dan lain sebagainya.

Telaga ini digadang-gadang menjadi sumber asupan protein bagi warga desa, sebab dikaruniai beragam komoditas hewan air tawar seperti udang dan berbagai jenis ikan tersedia di dalamnya yang mudah didapatkan. Bahkan dahulu, air dari telaga ini kerap diperjualbelikan oleh warga sehingga menjadi sumber pendapatan.

“Dulu waktu saya kecil ada profesi orang ambil air, sepikul air 25 perak dibawa ke pasar, ke rumah-rumah, tetapi hari ini nggak ada lagi. Ketika telaga ini tidak lagi dipakai, nggak lagi menjadi sumber air ini kok jadi merana?” imbuh Wage.

Upaya Warga Menjaga Telaga

Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2017 telaga ini mulai surut yang diawali dengan adanya lubang atau luweng pada dinding telaga. emudian tampak pusaran air yang menyedot air telaga tersebut. Pak Wage dan masyarakat pun tak mengetahui penyebab munculnya lubang tersebut.

“Kita punya ide untuk menutup luweng atau siklon itu dengan akar-akar pohon, maka kita berpikir bagaimana kita bisa menanami di atas luweng yang bolong itu,” kata Wage.

Meski demikian, masyarakat menyadari bahwa yang dilakukannya tersebut untuk jangka panjang, namun beberapa warga juga punya ide menutupnya dengan semen, tetapi menurut Wage ini tidak akan bertahan lama.

Selain itu, masyarakat juga kerap mengadakan acara ‘Tilik Telogo’ atau sedekah telaga, di mana masyarakat mempercayai adanya energi yang menjaga telaga tersebut. Adapun acara tersebut diadakan setahun sekali pada Jumat legi di antara sebelum atau sesudah bulan suci Ramadhan.

“Kita percaya ada energi yang menjaga telaga ini. Dan dari kegiatan sedekah telaga kita turut mendoakan energi yang menjaga telaga ini,” kata Sigit.

Tak hanya itu, muda-mudi desa Karangasem juga turut menyuarakan gentingnya eksistensi Telaga Mboromo ini dengan membuat film hingga mengadakan pertunjukkan teater. Harapannya, banyak masyarakat yang sadar akan keberadaan telaga tersebut untuk penghidupan.

Selanjutnya: Menata Cuan dari Jasa Pembuatan Taman

Menarik Dibaca: 5 Cara Mencegah Mata Panda Untuk Kembalikan Tampilan Segar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon