Kendala bankir kembangkan wealth management



JAKARTA. Beberapa bank menyebut bisnis pengelolaan dana nasabah tajir atau wealth management masih mempunyai potensi besar. Ada beberapa faktor yang mendukung pertama adalah adanya dana tax amnesty yang masuk ke sistem perbankan.

Kedua adalah rating investasi Indonesia yang naik menjadi layak investasi oleh S&P.

Jahja Setiaatmadja Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menyebut akan mengembangkan bisnis bancassurance. Ini adalah layanan penjualan asuransi yang dipasarkan oleh bank. 


"Terkait bisnis wealth management, kami akan lebih mau mengaktifkan bancassurance," ujar Jahja kepada Kontan, Jumat (14/7).

Saat ini BCA menyebut bisnis wealth management porsinya masih cukup kecil dibandingkan bisnis lain.

Sumber KONTAN di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut di Indonesia hanya beberapa unggul di bisnis wealth management. Beberapa diantaranya adalah BCA, Citi Indonesia dan HSBC. selain itu juga ada beberapa yang lain seperti OCBC NISP, DBS Indonesia, UOB Indonesia, Bank Mandiri dan BNI.

Isu utama pengembangan bisnis wealth management perbankan Indonesia adalah kelangkaan sumber daya manusia (SDM) yang ahli di bidang ini. Selain itu variasi produk untuk menarik dana nasabah kaya masih terbatas.

Padahal mengacu data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebanyak 0,54% nasabah menguasai 60% dana pihak ketiga (DPK) perbankan. Ke depan, diharapkan ada sinergi lebih baik antara anak usaha bank yaitu asuransi dan sekuritas terkait pemasaran sekuritas dan asuransi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia