Kendala distribusi bikin harga cabai kian pedas



JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kemtan) membantah selama dua bulan tidak ada produksi cabai dan bawang merah nasional. Stok yang menipis terjadi karena kendala memindahkan dua komoditas tersebut dari sentra produksi ke pasar konsumen.

Spudnik Sujono, Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian mengatakan, tidak benar jika pada Mei hingga Juni produksi kosong. Sebab setiap daerah masih terjadi panen cabai dan bawang merah. Kendala mengisi stok di pasar justru terjadi karena distribusi.

"Kalau distribusi sudah bukan ranah kami. Produksi terus ada hanya saja memang selalu terganjal memindahkan dari sentra produksi panen ke pasar," papar Spudnik pada Kamis (11/6).


Misalnya saat hujan biaya logistik dan transport meningkat. Itu sebabnya membuat distribusi terkendala. Kendala memindahkan hasil panen inilah yang membuat harga menjadi mahal. Kemtan mencatat produksi bawang merah rata-rata berkisar antara 91.000 ton sampai 95.000 ton. Nah, setiap bulan selisih antara kebutuhan dengan produksi memang masih ada jarak antara 2.000 ton.

Sedangkan untuk cabai produksi setiap bulan mencapai 93.549 ton sampai 95.621 ton dengan konsumsi sekitar 92.000 ton sampai 93.000 ton setiap bulannya. Jika terjadi kekurangan, masih bisa ditutup dari stock yang dimiliki rumah tangga.

"Harga juga terpengaruh karena rantai pasokan distribusi yang terlalu panjang. Kami harus akui sulit untuk memangkas rantai pasokan distribusi. Pengumpul barang mematok margin terlalu tinggi," imbuh Spudnik.

Sebagai contoh, harga cabai merah besar di tingkat petani pada Juni tertinggi sampai Rp 26.000 per kg. Padahal harga normalnya hanya mencapai Rp 15.000 per kg. Lalu, harga cabai keriting bergerak pada Rp 11.500 per kg sampai Rp 24.000 per kg. Padahal normalnya, harga berkisar antara Rp 9.000 per kg sampai Rp 18.000 per kg.

Terakhir pada komoditas bawang merah harga Juni tercatat paling tinggi hingga Rp 27.500 dibandingkan pada harga bulan Mei sebesar Rp 25.125 per kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto