PONTIANAK. Bank Indonesia (BI) terus berupaya mengatasi laju inflasi tahun ini. Salah satunya dengan membentuk Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di sejumlah kota. Sejauh ini BI sudah membentuk 53 TPID dari 66 TPID di beberapa daerah. Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution, tim tersebut suda ada di hampir seluruh ibukota provinsi kecuali Papua Barat. Darmin menjelaskan, TPID ini akan lebih fokus menangani masalah produksi dan pasokan komoditas pangan di tengah anomali iklim, tren kenaikan harga komoditas international dan ancaman krisis pangan global. Sebab, Darmin menilai, perkembangan laju inflasi selama kurun waktu 5 sampai 7 tahun terakhir terkait bahan pangan dan tumbuhan memiliki pola yang sangat menarik. Sebut saja pada kuartal I sampai II mengalami kenaikan sedikit, kemudian II ke III laju inflasi meningkat tinggi, ke III menuju IV laju inflasi turun dan IV sampai seterusnya tetap turun. "Anehnya laju inflasi turun tapi tidak pernah kembali pada titik asal atau semula," katanya, Rabu (26/1). Darmin menjelaskan tantangan tahun ini cukup serius pasalnya di seluruh dunia khususnya di negara emerging market tengah menghadapai inflasi yang didorong oleh presepsi pasar, pasar modal yang guncang, dan ada kekhawatiran terkait nilai tukar mata uang yang secara tiba-tiba menguat dan sebaliknya melemah. Meski demikian, untuk Indonesia, dia menilai laju inflasi didorong dengan pola yang tidak sama dengan negara lain. "Ini penyebabnya terkait harga beras, bumbu dan daging. Mudah-mudah ini tidak berlanjut," katanya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Kendalikan inflasi, BI bentuk tim khusus
PONTIANAK. Bank Indonesia (BI) terus berupaya mengatasi laju inflasi tahun ini. Salah satunya dengan membentuk Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di sejumlah kota. Sejauh ini BI sudah membentuk 53 TPID dari 66 TPID di beberapa daerah. Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution, tim tersebut suda ada di hampir seluruh ibukota provinsi kecuali Papua Barat. Darmin menjelaskan, TPID ini akan lebih fokus menangani masalah produksi dan pasokan komoditas pangan di tengah anomali iklim, tren kenaikan harga komoditas international dan ancaman krisis pangan global. Sebab, Darmin menilai, perkembangan laju inflasi selama kurun waktu 5 sampai 7 tahun terakhir terkait bahan pangan dan tumbuhan memiliki pola yang sangat menarik. Sebut saja pada kuartal I sampai II mengalami kenaikan sedikit, kemudian II ke III laju inflasi meningkat tinggi, ke III menuju IV laju inflasi turun dan IV sampai seterusnya tetap turun. "Anehnya laju inflasi turun tapi tidak pernah kembali pada titik asal atau semula," katanya, Rabu (26/1). Darmin menjelaskan tantangan tahun ini cukup serius pasalnya di seluruh dunia khususnya di negara emerging market tengah menghadapai inflasi yang didorong oleh presepsi pasar, pasar modal yang guncang, dan ada kekhawatiran terkait nilai tukar mata uang yang secara tiba-tiba menguat dan sebaliknya melemah. Meski demikian, untuk Indonesia, dia menilai laju inflasi didorong dengan pola yang tidak sama dengan negara lain. "Ini penyebabnya terkait harga beras, bumbu dan daging. Mudah-mudah ini tidak berlanjut," katanya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News