Kendaraan Listrik Disubsidi Pemerintah, Ini Prospek Saham Vale (INCO)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Indonesia berencana memberikan subsidi untuk kendaraan listrik. Ini adalah upaya pemerintah untuk meningkatkan permintaan kendaraan listrik di dalam negeri.

Peningkatan permintaan kendaraan listrik berpotensi turut mengerek permintaan nikel sebagai bahan baterai kendaraan listrik. Hal itu akan berdampak positif bagi prospek saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) di tahun 2023.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menargetkan peluncuran subsidi kendaraan listrik atawa electric vehicle (EV) pada tahun 2023.


Luhut memperkirakan subsidi yang digelontorkan akan sebesar Rp 80 juta per unit mobil dan Rp 8 juta per unit sepeda motor. Insentif EV itu dapat meningkatkan permintaan EV dan permintaan nikel untuk baterai EV.

Baca Juga: Vale Indonesia (INCO) Menuai Berkah Subsidi Kendaraan Listrik

Dalam riset pada 6 Januari 2023, analis UOB-Kay Hian Sekuritas Limartha Adhiputra mengatakan subsidi itu diharapkan dapat mendorong pembelian EV di Indonesia, serta membantu menurunkan emisi gas rumah kaca dan mengurangi subsidi bahan bakar. Hal itu tentu berdampak positif pada prospek saham produsen nikel secara keseluruhan, termasuk INCO.

Menurut Limartha, harga nikel rata-rata tahun 2023 diperkirakan akan stabil pada US$ 22.000 per metrik ton hingga US$ 24.000 per metrik ton.

“Harga dan permintaan nikel masih akan didukung oleh sentimen positif terhadap pemulihan ekonomi China dan penggunaan nikel yang lebih banyak pada baterai EV,” ungkap Limartha dalam riset.

Limartha menuturkan, harga bahan bakar minyak sulfur tinggi atawa high sulphur fuel oil (HSFO) dan batubara yang semakin melemah pada tahun 2023 dapat menurunkan biaya energi INCO. Penurunan harga biaya berpotensi menaikkan margin INCO di tengah harga nikel yang masih tinggi.

Baca Juga: Permintaan Kendaraan Listrik Naik, Prospek Saham Vale (INCO) Bakal Makin Kuat

Terkait ekspansi proyek, INCO menargetkan penyelesaian proyek di Pomalaa dan Bahodopi yang akan memberikan kontribusi positif bagi pendapatan INCO di masa mendatang.

Di Pomalaa, INCO bekerja sama dengan Huayou untuk mengerjakan proyek high pressure acid leach (HPAL). Proyek HPAL Blok Pomalaa diharapkan menghasilkan 120kt nikel yang merupakan bagian penting dalam mendukung ekosistem baterai EV.

“Selain itu, ada juga proyek dengan TISCO dan Xinhai di Bahodopi, untuk pengembangan pabrik feronikel berkapasitas 73 kilo ton per tahun dengan nilai investasi US$ 2,3 miliar,” ungkap dia.

Limartha merekomendasikan buy saham INCO dengan target harga di Rp 9.200 per saham.

“Pemulihan ekonomi China dan lebih banyak penggunaan nikel dalam produksi baterai EV di masa mendatang akan membuat harga nikel ada di level yang tinggi,” pungkas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati