Kendati pasar tertekan, hasil lelang sukuk negara masih bisa kelebihan permintaan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk negara pada Selasa (1/10), mencatatkan penawaran masuk sebesar Rp 28,11 triliun atau lebih rendah dibandingkan lelang sebelumnya senilai Rp 29,02 triliun. Tekanan yang melanda pasar obligasi belakangan ini mempengaruhi kelangsungan lelang sukuk negara.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyampaikan, penawaran masuk pada lelang sukuk negara hari ini sebenarnya masih oversubscribed hingga 4 kali. Namun, harus diakui masih adanya ancaman perlambatan ekonomi global membuat sejumlah investor masih ragu untuk masuk ke pasar obligasi Indonesia melalui lelang.

Baca Juga: Lelang sukuk negara hari ini raih penawaran masuk hingga Rp 28,11 triliun


Selain itu, para investor juga masih dalam kondisi wait and see jelang pertemuan tingkat tinggi antara AS dan China pada awal bulan Oktober.

Sentimen-sentimen ini mendorong pelemahan kurs rupiah di pasar spot hingga ke level Rp 14.216 per dolar AS. Imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) 10 tahun di pasar sekunder juga naik ke level 7,26%.

“Kenaikan yield SUN di pasar sekunder membuat investor meminta yield yang lebih tinggi juga di lelang sukuk hari ini,” ujar Josua.

Sementara itu, seri SPNS02042020 menjadi seri yang paling laris diburu investor pada lelang hari ini dengan nilai penawaran masuk mencapai Rp 14,85 triliun. Seri ini akan jatuh tempo pada 2 April 2020.

Baca Juga: Pemerintah memiliki utang syariah Rp 706,2 triliun, untuk apa saja penggunaannya??

Josua mengatakan, hal itu cukup wajar lantaran para investor cenderung menghindari risiko dengan mengincar seri bertenor pendek. Apalagi, sebagian besar investor pemilik sukuk negara merupakan perbankan, dana pensiun, dan asuransi. “Investor seperti ini memang relatif sensitif ketika terjadi perubahan risiko global,” imbuhnya.

Pemerintah sendiri meraup dana sebesar Rp 7,12 triliun pada lelang hari ini atau sedikit di atas target indikatif sebesar Rp 7 triliun.

Menurut Josua, karena masih ada beberapa jadwal lelang yang belum terlaksana, pemerintah dinilai tidak terlalu agresif menyerap dana lelang sukuk negara. Terlebih, sebagian investor meminta yield yang lebih tinggi ketimbang yield acuan di pasar sekunder.

Baca Juga: Miilenial mau investasi, simak dulu referensi ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat