KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepala Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengungkap, kenaikan harga bawang putih ditingkat konsumen. Ia menyebut, naiknya harga bawang putih di China menjadi faktornya. Dimana harga bawang putih di China saat ini ada di angka US$ 1.200 per ton. Harga tersebut memang sudah turun dari bulan lalu yang sempat di harga US$ 1.300 per ton. Dengan harga tersebut maka Arief mengatakan, mendorong harga bawang putih di konsumen tingkat akhir disini mencapai lebih dari Rp 30.000 per kilogram.
“Perlu
concern adalah harga bawang putih di China memang sempat di angka US$ 1.300, belakangan memang turun ke US$ 1.200 per ton, sebelumnya US$ 1.000, sehingga impor yang dilakukan dengan
currency rate hampir Rp 15.000 maka yang sampai ke pedagang bisa sampai di atas Rp 30.000,” kata Arief dalam Rapat Kerja bersama Komisi IV DPR RI, Senin (5/6).
Baca Juga: Ini Penyebab Tingginya Harga Bawang Merah dan Bawang Putih Meski demikian Arif menyebut bahwa, stok untuk memenuhi kebutuhan bawang putih nasional masih mencukupi hingga bulan Juni. Hanya saja
buffer stock yang ada disebut menipis. Oleh karena itu, Badan Pangan Nasional mendorong agar segera dikeluarkan persetujuan impor (PI) untuk bawang putih. “Kalau kami lihat stok cukup sampai Juni, tetapi
buffer-nya tipis maka kita didorong supaya bisa dikeluarkan persetujuan impor segera. Tapi memang harga bawang putih di China naik harganya sampai US$ 1.300 sebulan lalu, hari ini sekitar US$ 1.200,” jelasnya. Arief menjabarkan melihat dari Rencana Impor Produk Hortikultura (RIPH) sudah ada sekitar 849.797 ton untuk bawang putih. Hingga 29 Mei 2023 izin impor untuk bawang putih (PI) yang sudah terbit ialah 176.503 ton atau 20,8% dari RPIH. Realisasi impor bawang putih hingga 29 Mei mencapai 137.589 ton atau 78% dari PI yang sudah terbit. Masih ada 38.914 ton impor belum terealisasi. Kebutuhan nasional untuk bawang putih sekitar 669.354 ton dalam setahun. Terdapat pula
carry over awal tahun 2023 sekitar 143.621 ton. Sedangkan perkiraan produksi dalam negeri hanya 23.337 ton dalam setahun. Total produksi dalam ini tersebut lebih rendah dari kebutuhan per bulan untuk bawang putih rata-rata sekitar 55.000 ton. Adapun neraca komoditas bawang putih dari Januari-Juli 2023 ialah, total ketersediaan ialah 394.263 ton. Untuk kebutuhan di periode yang sama mencapai 389.447 ton. Arief mengatakan produksi dalam negeri dari Januari hingga Juli 2023 ialah 11.915 ton. Rencana impor bawang putih dari Mei-Juli 2023 yakni 151.011 ton. “Kalau kita mau perkuat cadangan pangan nasional bisa melibatkan IDFood misalnya stok 3 bulan, jadi 3 bulan kali 55.000 ton jadi bisa demikian. Maka harga itu akan flat selama 3 bulan. Sehingga kami memerlukan dukungan Kemenkeu, sudah. Ada penjaminan Rp 3 triliun kami ajukan dengan dana murah. Sekarang kementerian BUMN dengan Deputi Keuangan dan Manajemen Risiko sedang bahas dengan BPKP,” ungkapnya.
Baca Juga: Badan Pangan: Regulasi Harga Acuan Gula Sudah Diajukan Ke Presiden Jokowi Dengan dana murah tersebut nantinya digunakan untuk memenuhi dinamik stok di BUMN pangan sebagai cadangan pangan nasional. Sehingga akan menjaga harga komoditas tersebut agar flat di pasaran. Ketua Komisi IV DPR RI Sudin mengatakan jika dengan kebutuhan bawang putih setahun mencapai 669.000 per tahun. Sedangkan produksi dalam negeri hanya 23.000 ton dalam setahun. Maka produksi yang ada bahkan tidak mencukupi kebutuhan selama sebulan. “Kita lihat RIPH sampai Mei sudah 849.000, SPI baru 176.000. realisasi impor 137.000. Ini sepertinya ada sesuatu yang agak janggal, nanti hukum dagang pasti berlaku lagi. Barang kosong, harga naik yang diuntungkan siapa? Ya spekulan,” ujar Sudin. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi